Hadapi Badai Ekonomi Global, Sri Mulyani Cs Sudah Punya Modal

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
Senin, 28/11/2022 09:40 WIB
Foto: Gedung Kementerian Keuangan (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Febrio Nathan Kacaribu memperkirakan defisit APBN pada 2023 akan mencapai sebesar 2,84% atau berada di bawah 3%.

Dia mengungkapkan hal ini dikarenakan oleh tren APBN yang masih terus terjaga hingga saat ini. Kredibilitas ini akan terus bisa dimanfaatkan sebagai modal untuk menghadapi tekanan perlambatan ekonomi dunia.


"Tentunya akan dijadikan modal untuk menghadapi perekonomian ke deoan terutama sumber ketidak pastian datang dari global sehingga APBN kita dan ekonomi kita tetap bisa kita jaga untuk tidak terlalu terdampak oleh gejolak yang sedang dan masih akan terus terjadi secara global," ujar Febrio dalam Power Lunch, CNBC Indonesia, seperti dikutip Senin (28/11/2022).

Adapun, pada tahun ini, Kementerian Keuangan memperkirakan defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) akan mencapai 3,92%. Namun, melihat perkembangan pada Oktober, defisit APBN tercatat hanya sebesar 0,91% terhadap produk domestik bruto (PDB) atau setara Rp 169,5 triliun.

Tentu saja, kondisi defisit ini masih jauh lebih rendah dari target defisit sepanjang tahun ini. Apalagi, sejak periode Januari-September 2022, APBN terus dalam kondisi surplus secara berturut-turut.



"Saat ini dengan defisit di 0,91% ini tentu jauh lebih baik dari yang kita antisipasi. Dalam konteks nanti menjag risiko defisit ini justru kita pada track yang sangat kredibel dan kita berharap ini akan terus berlanjut," kata Febrio.

Menurut Febrio, hingga saat ini secara penerimaan APBN masih baik sekali. Pada Oktober 2022, pendapatan negara tumbuh 44,5% secara tahunan sehingga sudah mencapai Rp 2.181,6 triliun. Dari sisi penerimaan perpajakanĀ pun masih tumbuh hingga 47% secara tahunan.

Sementara itu, belanja negara juga masih tumbuh mengimbangi, dengan besaran 14,2 persen secara tahunan menjadi Rp 2.351,3 triliun. Dengan besaran belanja yang lebih tinggi dari penerimaan, Febrio melihat kondisi fisal saat ini masih sesuai dengan arah pemerintah, yakni menjadikan APBN sebagai penahan tekanan atau shock absorber pelemahan ekonomi dunia.


(haa/haa)
Saksikan video di bawah ini:

Video: APBN Mei 2025 Defisit Rp 21T, Menkeu Klaim Masih Kecil