Defisit APBN 0,91%, Anak Buah Sri Mulyani: Masih Sehat!
Jakarta, CNBC Indonesia - Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Febrio Nathan Kacaribu memastikan, kondisi anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) masih sehat meskipun pada Oktober 2022 mulai defisit sebesar 0,91% terhadap produk domestik bruto (PDB) atau setara Rp 169,5 triliun.
Kondisi defisit ini pun menurutnya masih jauh lebih rendah dari target defisit sepanjang tahun ini yang diperkirakan pemerintah sebesar 3,92%. Apalagi, sejak periode Januari-September 2022, APBN terus dalam kondisi surplus secara berturut-turut.
"Saat ini dengan defisit di 0,91% ini tentu jauh lebih baik dari yang kita antisipasi. Dalam konteks nanti menjag risiko defisit ini justru kita pada track yang sangat kredibel dan kita berharap ini akan terus berlanjut," kata Febrio dalam Power Lunch, CNBC Indonesia, seperti dikutip Senin (28/11/2022).
Menurut Febrio, hingga saat ini secara penerimaan APBN masih baik sekali. Pada Oktober 2022, pendapatan negara tumbuh 44,5% secara tahunan sehingga sudah mencapai Rp 2.181,6 triliun. Dari sisi penerimaan perpajakannya pun masih tumbuh hingga 47% secara tahunan.
Sementara itu, belanja negara juga masih tumbuh mengimbangi, dengan besaran 14,2 persen secara tahunan menjadi Rp 2.351,3 triliun. Dengan besaran belanja yang lebih tinggi dari penerimaan, itu menurut Febrio masih sesuai dengan arah pemerintah menjadikan APBN sebagai penahan tekanan atau shock absorber pelemahan ekonomi dunia.
"Dan kita melihat secara umum risiko fiskal kita terkendali, defisiti kita di 0,91% dari PDB ini dalam konteks kesimbangan primer masih positif, yatiu 146,4%," ucap dia.
Dengan tren APBN yang masih terus terjaga ini, hingga pada 2023 diperkirakan defisit APBN sebesar 2,84%, maka fiskal pemerintah itu katanya akan terus bisa dimanfaatkan sebagai modal untuk menghadapi tekanan perlambatan ekonomi dunia.
"Tentunya akan dijadikan modal untuk menghadapi perekonomian ke depan terutama sumber ketidakpastian datang dari global sehingga APBN kita dan ekonomi kita tetap bisa kita jaga untuk tidak terlalu terdampak oleh gejolak yang sedang dan masih akan terus terjadi secara global," ujar Febrio.
(haa/haa)