Internasional

Kabar Buruk Tetangga RI, Singapura Warning Ekonomi

sef & luc, CNBC Indonesia
23 November 2022 14:14
In this March 14, 2020, photo, a couple wearing face masks walk past the Merlion statue in Singapore. As the virus outbreak spreads ever further, it's becoming clear that some strategies are more likely to succeed in containing it: pro-active efforts to track down and isolate cases, access to basic, affordable public health and clear, reassuring messaging from leaders. (AP Photo/Ee Ming Toh)
Foto: Singapore (AP/Ee Ming Toh)

Jakarta, CNBC Indonesia - Singapura membawa kabar buruk. Negara ini memperingatkan bahwa pertumbuhan ekonominya dapat melambat hingga tahun depan.

Hal ini karena lemahnya pasar ekspor utama termasuk Amerika Serikat (AS), Eropa dan China. Belum lagi kenaikan suku bunga dan hambatan akibat perang Rusia dan Ukraina.

Di 2022, kementerian perdagangan memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan mencapai 3,5%. Namun di 2023, ekonomi akan turun menjadi 0,5 hingga 2,5%.

"Prospek permintaan eksternal Singapura semakin melemah karena prospek yang lebih lemah untuk ekonomi zona euro di tengah krisis energi, serta China karena terus bergulat dengan wabah Covid-19 yang berulang dan penurunan pasar properti," kata kementerian itu, Rabu (23/11/2022).

"Tingkat pertumbuhan di sebagian besar ekonomi utama diperkirakan akan moderat lebih jauh dari level 2022, dengan proyeksi perlambatan tajam di AS dan zona euro," tambah kementerian.

"Gangguan pasokan global kemungkinan akan berlanjut hingga 2023 karena perang di Ukraina berlarut-larut, meskipun tingkat dan frekuensi gangguan diperkirakan akan berkurang," tutupnya.

Inflasi

Sementara itu, inflasi Singapura mulai melandai dan meninggalkan rekor tertingginya dalam 14 tahun. Singapura mencatatkan inflasi sebesar 6,7% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada Oktober 2022, turun dari bulan sebelumnya sebesar 7,5% yoy.

Berdasarkan data resmi yang dirilis Rabu, inflasi Oktober itu juga lebih rendah dari proyeksi para ekonomi sebesar 7,1% yoy.

Biaya transportasi tercatat melandari dari 6% menjadi 3,2%, pun perumahan yang turun dari 6% menjadi 5,9% serta pendidikan yang melandai dari 2,1% menjadi 2%.

Adapun, biaya makanan masih mencatatkan kenaikan sebesar 7,1%. Ini tertinggi sejak Oktober 2008.

Secara bulanan (month-to-month/mtm), Singapura mencatatkan deflasi 0,4%, berbalik dari inflasi sebesar 0,4% pada bulan sebelumnya. Sementara itu, inflasi inti Singapura, yang tidak termasuk harga bergejolak juga turun dari 5,3% yoy pada bulan lalu menjadi 5,1% yoy pada Oktober 2022.

Inflasi tersebut berada di bawah ekspektasi sebesar 5,3% yoy. Meskipun melandai, inflasi inti diproyeksikan masih akan tetap tinggi dalam beberapa kuartal berikutnya.

"Inflasi Inti diproyeksikan akan tetap tinggi dalam beberapa kuartal berikutnya sebelum melambat lebih nyata di semester II-2023 karena pengetatan di pasar tenaga kerja domestik mereda dan inflasi global moderat," kata Otoritas Moneter Singapura (MAS) dan Kementerian Perdagangan dan Industri (MTI), dikutip dari Channel News Asia (CNA).

Untuk 2022 secara keseluruhan, inflasi diperkirakan rata-rata sekitar 6%. Inflasi inti sekitar 4%.

"Harga komoditas energi dan pangan telah mencapai puncaknya di awal tahun, tetapi tetap tinggi mengingat kendala pasokan yang sedang berlangsung," tambahnya.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Inflasi Singapura Masih Meroket, Tertinggi dalam 14 Tahun

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular