Internasional

Inflasi Singapura Melandai, Ekonomi Masih Labil

luc, CNBC Indonesia
Rabu, 23/11/2022 13:32 WIB
Foto: Singapura (AP/Yong Teck Lim)

Jakarta, CNBC Indonesia - Inflasi Singapura mulai melandai dan meninggalkan rekor tertingginya dalam 14 tahun.

Singapura mencatatkan inflasi sebesar 6,7% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada Oktober 2022, turun dari bulan sebelumnya sebesar 7,5% yoy.

Berdasarkan data resmi yang dirilis Rabu (23/11/2022), inflasi Oktober itu juga lebih rendah dari proyeksi para ekonomi sebesar 7,1% yoy.


Biaya transportasi tercatat melandari dari 6% menjadi 3,2%, pun perumahan yang turun dari 6% menjadi 5,9% serta pendidikan yang melandai dari 2,1% menjadi 2%.

Adapun, biaya makanan masih mencatatkan kenaikan sebesar 7,1%, tertinggi sejak Oktober 2008.

Secara bulanan (month-to-month/mtm), Singapura mencatatkan deflasi 0,4%, berbalik dari inflasi sebesar 0,4% pada bulan sebelumnya.

Sementara itu, inflasi inti Singapura, yang tidak termasuk harga bergejolak juga turun dari 5,3% yoy pada bulan lalu menjadi 5,1% yoy pada Oktober 2022. Inflasi tersebut berada di bawah ekspektasi sebesar 5,3% yoy.

Meskipun melandai, inflasi inti diproyeksikan masih akan tetap tinggi dalam beberapa kuartal berikutnya.

"Inflasi Inti diproyeksikan akan tetap tinggi dalam beberapa kuartal berikutnya sebelum melambat lebih nyata di semester II-2023 karena pengetatan di pasar tenaga kerja domestik mereda dan inflasi global moderat," kata Otoritas Moneter Singapura (MAS) dan Kementerian Perdagangan dan Industri (MTI), dikutip dari Channel News Asia.

Untuk 2022 secara keseluruhan, inflasi diperkirakan rata-rata sekitar 6% dan inflasi inti sekitar 4%.

"Harga komoditas energi dan pangan telah mencapai puncaknya di awal tahun, tetapi tetap tinggi mengingat kendala pasokan yang sedang berlangsung."

Selain itu, pasar tenaga kerja di negara-negara maju utama masih ketat, membuat tekanan upah tetap kuat. Inflasi impor Singapura di berbagai barang dan jasa diperkirakan akan tetap signifikan untuk beberapa waktu.

Di sisi domestik, biaya unit tenaga kerja akan meningkat lebih lanjut dalam waktu dekat seiring dengan pertumbuhan upah yang kuat. Pada saat yang sama, biaya utilitas kemungkinan akan tetap tinggi, kata MTI dan MAS.


(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:

Video: BPS Catat RI Alami Deflasi 0,37% (mtm) di Mei 2025