Profesor Harvard Bicara Potensi 'Harta Karun' EBT RI, Simak!

News - Anisa Sopiah, CNBC Indonesia
21 November 2022 16:55
Komitmen Transisi Energi, Pertamina Bidik Pemasangan PLTS 500 MW di Area Operasi Pertamina Group, yang Dapat Menurunkan Emisi Karbon 630 Ribu Ton/Tahun (Pertamina) Foto: Komitmen Transisi Energi, Pertamina Bidik Pemasangan PLTS 500 MW di Area Operasi Pertamina Group, yang Dapat Menurunkan Emisi Karbon 630 Ribu Ton/Tahun (Pertamina )

Jakarta, CNBC Indonesia - Saat ini dunia sedang bergerak menuju dekarbonisasi. Profesor Ricardo Hausmann dari Harvard Growth Lab mengatakan dekarbonisasi akan membuat Indonesia mengalami disrupsi dari penurunan permintaan batubara global, namun kabar baiknya Indonesia memiliki potensi cukup besar dalam energi terbarukan.

Hal tersebut Ricardo Housmann dalam pagelaran Indonesia Development Forum 2022: Knowledge and Initiate Session, Senin (21/11/2022). Menurutnya, potensi energi alam di Indonesia di masa depan menjanjikan.

"Yang menariknya ada potensi yang besar dimiliki Indonesia pada solar, tapi masih kurang dimanfaatkan hanya 0,5% dari potensi yang dimiliki, sumber daya hydro hanya 6%, dan angin kurang dari 0,5%," kata Ricardo.

Berdasarkan data miliknya, Indonesia memiliki potensi tenaga surya sebesar lebih dari 200 Gigawatt (GW), air mencapai lebih dari 70 GW, dan angin sebesar 60 GW. Selain itu, ia juga mendorong Indonesia untuk memanfaatkan potensi nikel yang akan menjadi sumber baterai listrik dalam proses dekarbonisasi ke depan.

"Untungnya Indonesia adalah negara terbesar penghasil nikel di dunia, ekspektasi dalam 12 tahun ke depan jika dunia mengalami dekorbanisasi maka produksi nikel akan meningkat secara global sebanyak 200%," katanya.

Hal ini dibenarkan oleh Mantan Menteri Keuangan 2014-2016 Bambang P.S. Brodjonegoro yang mengatakan Indonesia dapat memanfaatkan masa dekarbonisasi ini untuk mendapatkan keuntungan besar dari sumber daya nikel yang dimiliki.

"Jadi solusinya mumpung kita adalah salah satu pemilik cadangan nikel terbesar bikin baterai, karena baterai nanti harus menjadi bagian yang integral dari sistem listrik yang mengandalkan renewable energy, yang variabel itu utamanya, variabel angin, air, matahari," katanya.

Namun, ia berpesan upaya untuk memanfaatkan transisi energi saat ini harus juga didorong dengan pembangunan jaringan transmisi yang merata. "Nah saat ini harus, karena dengan sistem renewable energi ada baterai maka konektivitasnya harus dibangun dengan grid yang lengkap," katanya.

Menurutnya, ketidakmerataan jaringan transmisi ini juga yang menyebabkan aliran listrik tidak sampai pada pemakai akhir secara merata, padahal ketersediaannya sering kali melebihi persediaan.

"Kalau saat ini PLN complain over supply bukan hanya kebanyakan pembangkit tapi transmisinya yang kurang sehingga listrik yang dihasilkan pembangkit nggak bisa dikirim langsung ke pemakai akhir, menurut saya Indonesia harus invest besar untuk national grid kalau nggak kita hanya memenuhi unsur sustainability saja tidak memenuhi unsur reliability apalagi affordability kalau tidak dilengkapi dengan national grid yang lengkap," katanya.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Perpres Tarif Listrik EBT Dinanti, Menteri Erick Belum Teken!


(cha/cha)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading