Rupiah Babak Belur, BI Malah Cetak Surplus Rp 13,2 Triliun

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
21 November 2022 14:07
Gubernur BI, Perry Warjiyo Mengumumkan Hasil RDG Bulanan Bulan Oktober 2022 dengan Cakupan Triwulanan.
Foto: (Tangkapan Layar Youtube)

Jakarta, CNBC Indonesia - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan, Anggaran Tahunan Bank Indonesia (ATBI) pada 2022 akan mencatatkan surplus. Hingga akhir 2022 dia mengatakan, besarannya akan mencapai Rp 13,02 triliun.

"Sampai September 2022 realisasi anggaran surplus Rp 22,87 triliun dan diprognosakan akan mencapai Rp 13,02 triliun pada akhir tahun," kata Perry saat rapat kerja dengan Komisi XI di Gedung DPR, Jakarta, Senin (21/11/2022).

Surplus anggaran sepanjang tahun ini diperolah dari hasil surplus anggaran operasional yang diperkirakannya sebesar Rp 15,33 triliun, sedangkan anggara kebijakan defisit sebesar Rp 2,3 triliun.

Khusus untuk seluruh penerimaan pada 2022, kata dia, akan mencapai Rp 109,71 triliun atau 105,22%dari target ATBI tahun ini Rp104,26 triliun. Sedangkan total pengeluaran Rp 96,68 triliun atau 88,19% dari target tahun ini Rp 109,64 triliun.

Dari sisi penerimaan anggaran operasional prognosanya mencapai Rp 28,57 triliun atau 100,55% dari target sedangkan pengeluaran anggaran operasional Rp 13,24 triliun atau 92,65%.

"Terutama ini berasal dari hasil pengelolaan aset valas meski cadangan devisa turun, tapi karena imbal hasil suku bunga luar negeri naik sehingga itu secara keseluruhan bisa mencapai prognosa 100,45%," ujar Perry.

Sedangkan, pengeluaran anggaran operasional realisasi terbesarnya untuk gaji dan penghasilan lainnya, manajemen sumber daya manusia, logistik, penyelenggaraan operasional kegiatan pendukung, maupun juga mengenai program sosial BI dan dan pemberdayaan sektor riil maupun UMKM.

Adapun anggaran kebijakan yang diperkirakan defisit berasal dari total prognosa penerimaan anggaran kebijakan yang sebesar Rp 81,13 triliun sedangkan pengeluaran anggaran kebijakan Rp 83,44 triliun.

Anggaran BI ini secara keseluruhan mengalami surplus di tengah tertekannya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Mengacu pada data Refinitiv, pada pembukaan perdagangan rupiah terapresiasi tipis 0,03% ke Rp 15.680/US$. Kemudian, rupiah berbalik arah dan terkoreksi sebesar 0,1% ke Rp 15.700/US$ pada pukul 11:00 WIB.

Sementara itu, kinerja indeks dolar AS yang mengukur laju si greenback terhadap enam mata uang lainnya, terpantau menguat 0,24% ke posisi 107,18 dan memulai pekan ini dengan menguat dan tentunya akan menekan pergerakan mata uang lainnya, termasuk rupiah.

Secara year to date (ytd), rupiah terkoreksi 9,1% terhadap dolar AS. Jika dibandingkan dengan kinerja mata uang lain di Asia, rupiah menduduki juara ke-6, di mana posisi tersebut kian tergeser pada bulan sebelumnya.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Kertas Terbaru Lebih Canggih, Cek Tampilannya di Sini!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular