Harta Karun Berceceran di Laut RI, Nilainya Triliunan

Anisa Sopiah, CNBC Indonesia
19 November 2022 18:00
Harta karun dibawah laut di Provinsi Kepulauan Riau. Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Sumatra Barat, Riau, Dan Kepulauan Riau Tahun 2015 (Tangkapan Layar kemdikbud.go.id)
Foto: Harta karun dibawah laut di Provinsi Kepulauan Riau. (Tangkapan Layar kemdikbud.go.id)

Jakarta, CNBC Indonesia - Di bawah laut Indonesia, berserakan harta karun yang nilai mencapai triliunan rupiah. Harta karun ini, salah satunya merupakan peninggalan bersejarah kapal-kapal yang melintasi laut Indonesia sejak zaman VOC.

Hal ini diungkapkan Sekretaris Jenderal Asosiasi Perusahaan Pengangkatan dan Pemanfaatan Barang Muatan Kapal Tenggelam (BMKT) Indonesia Harry Satrio yang mengatakan terdapat titik-titik potensial yang yang berpotensi memiliki banyak harta karun, salah satu titiknya tidak jauh dengan Singapura.

"Titik potensial 60% kepulauan Riau, 25% di laut Jawa," kata Harry kepada CNBC Indonesia dikutip Sabtu (19/11/2022).

Pemerintah sendiri telah mengizinkan kembali eksplorasi BMKT, setelah sempat dilarang lewat Undang-Undang (UU) tentang Cagar Budaya tahun 2010.

Pemberian izin saat ini lewat izin pengangkatan benda bersejarah atau harta karun di dalam laut lewat Undang-Undang Cipta Kerja No 11/2020.

"Sekarang sudah ada aturan baru, sudah keluar boleh eksplorasi lagi. Cuma aturan mainnya beda. Ada PP (Peraturan Pemerintah) No 85/2021 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)," kata Harry.

"Pengusaha harus bayar retribusi Rp 1,1 miliar per titik lokasi ke pemerintah, resmi PNBP. Dulu nggak, (cukup) daftar saja," terangnya.

Dia mengaku, tengah mengincar dua titik lokasi yakni di Selat Karimata dan wilayah Utara Belitung. Nilai hasil eksplorasi harta karun bawah laut bisa mencapai triliunan rupiah.

"Kepulauan Riau (Kepri) termasuk Bangka Belitung, Batam Bintan, Natuna, selat Karimata yang dulunya jalur sutra jalur perdagangan, dan Laut Jawa," kata Harry.

Namun, Harry mengungkapkan terdapat tantangan besar dalam menggali harta karun ini. Pasalnya, harta karun tersebut berada di tengah laut dan kedalamannya mencapai puluhan meter. Apalagi jika mencarinya di laut lepas, bukan selat.

"Laut Jawa paling dalam 70 m, di kepulauan Riau maksimal 100 m. Jangan dibandingkan Banda, Maluku sana yang sampai ribuan meter, beda. Beda sama samudera Hindia bisa ribuan meter," ujar Harry.

Berserakan di Laut Kepulauan Riau

Aktivitas pencarian harta karun di wilayah Kepulauan Riau sudah ada sejak dulu. Di Kabupaten Bintan dari informasi yang telah dikumpulkan terdapat situs-situs bawah air seperti Karang Heluputan (Cuyang).

Di situs ini sejak tahun 1986 telah dilakukan eksploitasi pengambilan tinggalan potensi cagar budaya bawah air oleh pihak asing maupun pihak dalam negeri sendiri, baik secara legal maupun ilegal.

Sementara di Kabupaten Natuna, potensi cagar budaya bawah air ditemukan berdasarkan hasil survei cagar budaya bawah air. Di mana survei dilakukan di 3 lokasi yaitu Perairan Teluk Buton, Perairan Sepempang, dan Perairan Desa Kelarik.

Di perairan Teluk Buton, hasil survei cagar budaya bawah air hanya ditemukan pecahan keramik. Sedangkan di Perairan Sepempang hasil yang diperoleh adalah fragmen keramik dan botol.

Mengutip laporan Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Sumbar, Riau, dan Kepulauan Riau tahun 2015, 'harta karun' bawah laut tersebar di Pulau Linggar, Pulau Batam, Pulau Natuna, Pulau Anambas, dan Pulau Bintan yang merupakan bagian pantai Timur Sumatera.

Tercatat ada 63 kapal karam di kawasan Pantai Timur Sumatera tersebut milik VOC hingga EIC, juga kapal Portugis, China, Spanyol, dan Amerika.

Pada tahun 1980an, seorang pemburu harta karun bernama Michael Hatcher berhasil mengangkat kapal VOC tahun 1751 di perairan Heluputan, mengangkat 120.00 keping keramik dan emas dari dinasti Ching.

Pada 2005 juga ditemukan di lokasi yag sama 25 ribu keramik China, dan koin-koin berharga. Pada 1989, di Pulau Buaya Kepulauan Riau juga ditemukan 30 ribu keramik utuh dan logam berharga dari dinasti Song. Pada 2013-2014 juga ditemukan banyak pecahan keramik di dasar laut sekitar Natuna dan lainnya.


(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Menteri Jokowi Pelototi Harta Karun Laut, Siap Jaring Pemburu

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular