
RI Bisa Punya 53 Pabrik Nikel Cs di 2023? Sayang Cuma Mimpi

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah pesimistis pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) mineral seperti nikel, bauksit, dan lainnya, yang ditargetkan total mencapai 53 unit, akan rampung dan beroperasi pada 2023 mendatang. Mengingat, hingga 2021 saja smelter yang telah dibangun baru mencapai 21 unit.
Staf Khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batu Bara (Minerba) Irwandy Arif memaparkan, hingga 2021 jumlah smelter yang telah selesai dibangun yakni 21 fasilitas pemurnian. Sementara 32 unit lainnya masih dalam proses pembangunan.
Adapun dari 21 smelter yang sudah beroperasi tersebut, terdapat 15 smelter nikel, 2 smelter bauksit, 1 smelter besi, 2 smelter tembaga, dan 1 smelter mangan.
Pada 2022 ini direncanakan ada tambahan 7 fasilitas pemurnian yang dibangun, sehingga total menjadi 28 fasilitas pemurnian. Di antaranya, 3 smelter nikel, 1 smelter bauksit, 1 smelter timbal, dan 1 smelter seng.
Ini artinya, masih ada 25 smelter lainnya yang masih dalam proses pembangunan pada tahun depan.
"Kita ada 21 smelter masih ada 7 tambahan di tahun ini dan kita harapkan 53 di tahun 2023, nah ini kemungkinan tidak tercapai," kata Irwandy dalam diskusi secara virtual, Jumat (18/11/2022).
Irwandy pun membeberkan bahwa dalam pengerjaan pembangunan smelter terdapat beberapa tantangan yang saat ini dihadapi, antara lain aspek perizinan (HGB, IMB, IPPKH, tailing/ limbah), pendanaan, pasokan energi (tarif listrik, biaya instalasi), lahan, dan isu lainnya seperti kedatangan alat dan TKA, teknologi.
Padahal, jika 53 smelter tersebut tuntas tepat waktu, ini bisa menjadi pendukung hilirisasi di dalam negeri.
"Ini banyak tantangan yang harus dihadapi masih banyak yang dalam konstruksi yang harus diselesaikan, jika ini selesai ini akan menjadi pendukung hilirisasi. Kesulitannya satu pendanaan, kedua sumber listrik, ketiga perijinan yang kadang kadang lama sekali," tutupnya.
Sementara, tantangan yang dihadapi dalam pengembangan hilirisasi minerba di Indonesia antara lain, penerapan teknologi bersih untuk mendukung transisi energi, produksi green metals.
Kemudian produksi logam masih terbatas pada logam utama belum menyentuh by products mineral ikutan, pengembangan ekosistem baterai, stainless steel dan modul surya dan memaksimalkan proses hilirisasi.
Seperti diketahui, berdasarkan amanat Undang-Undang No.3 tahun 2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara (UU Minerba), perusahaan diizinkan mengekspor bahan mentah hingga Juni 2023 atau tiga tahun setelah aturan ini diundangkan. Setelah Juni 2023, perusahaan hanya diizinkan menjual atau mengekspor komoditas tambang yang sudah melalui proses pengolahan dan pemurnian di dalam negeri.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gegara Hilirisasi Jokowi, Produksi Bijih Nikel RI Nyaris 200 Juta Ton!