
Bos Pabrik Tekstil 'Gerah' Dituding Ngada-Ngada Soal PHK

Jakarta, CNBC Indonesia - Kalangan pengusaha 'gerah' dituding soal ancaman Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) bagian dari upaya menolak adanya kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) 2023 yang naik tinggi.
Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Jemmy Kartiwa Sastraatmaja dengan tegas mengatakan bahwa pengusaha selama ini tidak mengada-ngada demi menghindari kenaikan UMP dengan melakukan PHK massal, tetapi memang kondisi industri tekstil saat ini sedang seret orderan.
"PHK ini bukan karena kita mengada-ngada untuk tidak ingin menaikkan upahnya, tapi memang kondisinya itu order tekstil sedang turun. Jadi isu itu tidak benar," tegas Jemmy kepada CNBC Indonesia, Kamis (17/11/2022).
Jemmy mengungkapkan, berdasarkan data rekapitulasi dari API, APSYFI, dan KOGA, total dari jumlah tenaga kerja yang sudah dirumahkan atau PHK pada industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) (Garmen, tekstil dan benang) yaitu sebesar 58.572 karyawan.
Pengusaha tidak membantah adanya perumahan karyawan/PHK. Namun, alasan dirumahkannya 58.572 karyawan tersebut bukanlah karena menghindari kenaikan UMP. Melainkan disebabkan oleh turunnya utilisasi industri atau order ekspor maupun domestik yang menurun.
"Jadi memang perumahan karyawan itu memang sudah terjadi," ungkap Jemmy.
Adapun turunnya utilisasi industri disebabkan oleh dua aspek, pertama, karena pasar ekspor TPT seperti Eropa dan Amerika Serikat menurun.
Kemudian, adanya persaingan dari negara-negara eksportir TPT lain yang memiliki volume lebih besar seperti China, Bangladesh, India, Pakistan, dan Turki. Namun diketahui, negara-negara tersebut juga mengalami kelimpungan, sehingga mereka mulai menyasar masuk pasar domestik Indonesia.
"Itu yang membuat makin terpukul utilisasi tekstil kita," ucapnya.
Jemmy mengatakan, pihaknya juga sebenarnya tidak ingin melakukan perumahan karyawan, namun kondisi saat ini yang memaksa para pengusaha untuk melakukan hal tersebut.
"Pasti pengusaha mah inginnya memperkerjakan karyawan selama order ada. Bukan mengada-ngada tapi emang ordernya yang gak ada," katanya.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mirip RI, Potret Badai PHK 'Terjang' Vietnam