
AS dan Turki Raja G20 untuk Devisa Wisata, RI Paling Buncit

Jakarta, CNBC Indonesia - Pariwisata merupakan salah satu sektor yang paling terdampak oleh pandemi Covid-19, tidak terkecuali pariwisata di negara anggota G20. Dari anggota G20, Indonesia merupakan salah satu yang terdampak sangat parah.
Pendapatan devisa Indonesia dari sektor pariwisata pada 2021 bahkan menjadi yang terendah kedua di antara anggota G20.
Lampiran dokumen Deklarasi Pemimpin G20 Bali menyebutkan kunjungan wisatawan anjlok 71% pada 2020 atau tahun pertama Pandemi Covid-19.
Kontribusi pariwisata ke perekonomian pada prapandemi pada 2019 mencapai US$ 3,5 triliun. Nilai tersebut setara dengan 4% dari Produk Domestik Bruto (PDB) global.
Kontribusi tersebut merosot tajam menjadi US$ 1,8 triliun pada 2020. Pada awal pandemi yakni April 2020, kunjungan wisatawan bahkan anjlok hingga 96%.
Kunjungan wisatawan internasional anjlok 71% dari 1,5 miliar sebelum pandemi menjadi 400 juta pada 2020. Dampak anjloknya pariwisata juga dirasakan anggota G20. Jumlah kunjungan wisatawan di negara anggota G20 secara keseluruhan berkurang 700 juta.
Pendapatan devisa yang menguap dari kehilangan jutaan wisatawan di anggota G20 pada 2020 dan 2021 menyentuh US$ 1,4 triliun. Sementara itu, kehilangan kontribusi ke PDB menembus US$ 2,9 miliar.
Kondisi sektor pariwisata mulai membaik pada 2021 sejalan pelonggaran mobilitas. Kontribusi sektor pariwisata terhadap ekonomi sudah meningkat menjadi US$ 2,2 triliun pada tahun lalu.
Jumlah kunjungan wisatawan sudah mulai membaik tahun ini. Selama periode Januari-Mei 2022, kunjungan wisatawan internasional mencapai 250 juta, melonjak 221% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Sejalan dengan menggeliatnya pariwisata internasional, pendapatan devisa yang dikumpulkan anggota G20 pada 2021 juga mampu menembus US$ 515 miliar. Jumlah tersebut setara dengan 71% dari penerimaan global.
Amerika Serikat (AS) masih menjadi raja pendulang devisa di sektor pariwisata di antara anggota G20. Posisi berikutnya ditempati Prancis, Spanyol, Turki, dan Italia. Indonesia hanya menempati urutan ke 42 atau kedua terendah dari 43 anggota (termasuk 27 anggota Uni Eropa).
AS mampu mendulang devisa sebesar US$ 83 miliar dari sektor pariwisata pada 2021. Angka ini sebenarnya anjlok 189% dibandingkan prapandemi 2019.
Prancis dengan andalan Menara Eiffel nya mampu mendulang devisa sebesar US$ 44,7 miliar pada 2021, turun dibandingkan pada 2019 yang tercatat US$ 70,9 miliar. Pendapatan devisa Spanyol pada 2021 menembus US$ 34,5 miliar, turun 57% dibandingkan 2019. Turki mengumpulkan devisa sebesar US$ 28,5 miliar pada 2021, turun dibandingkan 29,3% dibandingkan 2019.
Italia mengumpulkan cuan sebesar US$ 25,5 miliar pada 2021 dari turis internasional. Angka ini turun jauh dibandingkan US$ 52 miliar pada 2019.
India dan China menjadi raja di kawasan Asia. India mampu mendulang devisa sebesar US$ 13,5 miliar dari turis internasional sementara China sebesar US$ 11,3 miliar.
Meksiko menjadi raja di kawasan Amerika Latin dengan pendapatan mencapai US$ 20,6 miliar pada 2021, hanya turun sedikit dibandingkan 2019 yang tercatat US$ 25,5 miliar.
Indonesia sendiri hanya menang dari Argentina dari sisi pendapatan devisa dengan nilai US$ 0,5 miliar. Jumlah tersebut anjlok 97,3% dibandingkan 2019 yang tercatat US$ 18,4 miliar.
Data Badan Pusat Statistik menunjukkan kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia pada 2021 mencapai 1,56 juta kunjungan, turun 61,57% dibandingkan 2020.
Argentina ada di posisi terakhir dengan pendapatan mencapai US$ 0,4 miliar atau anjlok 93% dibandingkan 2019.
Kendati demikian, kontribusi sektor pariwisata ke PDB Indonesia nyaris stabil meskipun ada pandemi. Kontribusi sektor pariwisata ke PDB mencapai 4,2% pada 2021, sementara pada 2019 ada di angka 4,1%.
(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article KTT G20 Bali Sukses, Banyak Orang Asing Mau Belajar ke RI!