
PLTU Cirebon-1 Akan "Disuntik Mati", Cirebon Power Buka Suara

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Cirebon Electric Power (CEP) akhirnya buka suara terkait rencana pemerintah yang bakal memensiunkan dini Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Cirebon-1.
Pensiun dini PLTU tersebut nantinya akan menggunakan skema Energy Transition Mechanism (ETM) dengan dukungan Asian Development Bank (ADB).
Head of Communication Cirebon Power Yuda Panjaitan menjelaskan, penandatanganan nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/ MoU) pemensiunan dini PLTU Cirebon 1 berkapasitas 660 Mega Watt (MW) pada forum B-20 di Bali, Senin, 14 November lalu adalah sebagai bentuk dukungan perusahaan untuk program transisi energi di Tanah Air.
Terutama, lanjutnya, terhadap kelestarian lingkungan dan mendukung upaya Pemerintah Indonesia, serta berbagai inisiatif global untuk mencegah dampak perubahan iklim.
Namun demikian, menurut Yuda hingga saat ini pihaknya mengaku belum ada komitmen atau kesepakatan mengenai MoU tersebut. Oleh sebab itu, perusahaan masih menantikan diskusi selanjutnya untuk menindaklanjuti MoU ini.
"MoU yang ditandatangani ADB, Kementerian ESDM, dan PLN pada 14 November lalu adalah wujud upaya kami untuk mengeksplorasi dan mempelajari lebih lanjut Mekanisme Transisi Energi (ETM), dan belum ada komitmen dan, atau kesepakatan yang telah dibuat. Cirebon Power terbuka untuk diskusi selanjutnya," kata Yuda kepada CNBC Indonesia, Kamis (17/11/2022).
Seperti diketahui, Asian Development Bank (ADB) telah meneken perjanjian untuk memensiunkan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbahan bakar batu bara Cirebon-1 di Kanci, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat dengan kapasitas 660 Mega Watt milik Cirebon Electric Power (CEP).
Upaya memensiunkan PLTU batu bara ini masuk ke dalam platform Energy Transition Mechanism (ETM) yang didorong Indonesia ke depannya.
Perjanjian ini ditandatangani bersama antara ADB, CEP dan PT PLN (Persero), serta Indonesian Investment Authority (INA) pada saat Grand Launching Indonesia's Energy Transition Mechanism (ETM) Country Platform di Bali, Senin (14/11/2022).
Presiden ADB, Masatsugu Asakawa, mengungkapkan PLTU ini dipilih dengan beberapa alasan. Pertama, PLTU ini memiliki kombinasi kepemilikan yang merepresentasikan pemerintah Indonesia, swasta dan internasional.
PLTU Cirebon ini juga memiliki usia sedang dan mempunyai struktur finansial yang sehat, sehingga memudahkan untuk penerapan refinancing.
Kedua, proyek perusahaan ini memiliki program tanggung jawab sosial (CSR) yang aktif.
"Makanya PLTU batu bara ini cocok untuk segera dipensiunkan dengan pertumbangan transisi yang kuat," ungkapnya dalam konferensi pers 'Grand Launching Indonesia's ETM' di Bali, Senin (14/11/2022).
Asakawa menambahkan, struktur dari transaksi final akan menentukan kapan tepatnya PLTU ini akan dipensiunkan. Hal ini masih dalam negosiasi. Adapun, PLTU ini diketahui masih harus memasok listrik hingga 2042.
"Pada saat itu, usianya akan mencapai 30 tahun," ucapnya.
PLTU batu bara umumnya memiliki masa produksi antara 40-50 tahun. Artinya, jika tidak dipensiunkan, Cirebon-I akan melakukan perpanjangan kontraknya 10-20 tahun lagi pada 2042.
Di sisi lain, jika penghentian dilakukan pada 2037, maka operasinya akan berkurang 15 tahun. Angka ini diambil dari perkiraan masa hidup PLTU sebesar 40 tahun.
Dari data ADB, Cirebon-1 menyalurkan listrik kepada PLN. PLTU ini beroperasi pada 2012 dengan kontrak 30 tahun dan berakhir pada 2042.
PLN sebagai penandatangan MoU perjanjian ini harus setuju untuk memperpendek kontrak ketika nantinya PLTU tersebut menghentikan operasinya.
PLTU Cirebon-1 ini dioperasikan oleh PT Cirebon Electric Power (CEP). Mengutip situs perusahaan, CEP ini didirikan pada 2007 oleh konsorsium perusahaan multi-nasional di industri energi dan infrastruktur Asia.
Adapun konsorsium pemilik CEP ini antara lain Marubeni Corporation asal Jepang, PT Indika Energy Tbk (INDY), dan perusahaan asal Korea Selatan Korean Midland Power (KOMIPO), dan Samtan Corporation. Adapun saham Indika Energy yang kini dipimpin oleh M.Arsjad Rasjid ini memiliki 20% di konsorsium CEP.
Konsorsium inilah yang berada dibalik PLTU Cirebon Unit 1 berkapasitas 1 x 660 MW di Kanci, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Sejak beroperasi pada Juli 2012, atau delapan bulan lebih awal dari rencana semula, unit pertama ini telah menghasilkan 5 TWh listrik per tahun melalui sistem interkoneksi Jawa-Madura-Bali (Jamali).
PLTU Cirebon-1 ini menggunakan teknologi supercritical, termasuk fired boiler dengan LO-NOx Burners. Teknologi ini diklaim bisa meningkatkan efisiensi siklus, mengurangi konsumsi batu bara dan polusi udara meski yang digunakan adalah batu bara berkalori rendah.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article PLTU Milik Pengusaha Top RI Ini Bakal "Disuntik Mati" Duluan!
