Dunia Gonjang-Ganjing, Waspada RI Tertular Krisis Energi
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Indonesia saat ini tengah mewaspadai adanya ancaman krisis energi global yang telah melanda beberapa negara di dunia. Hal itu sekalipun ketahanan energi Indonesia berada dalam kategori 'tahan'.
Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto mengatakan pemerintah saat ini tengah mewaspadai ancaman krisis energi yang telah menimpa beberapa negara di dunia. Meskipun indeks ketahanan energi Indonesia saat ini berada di angka 6-8.
"Memang kita belum masuk ke kategori sangat tahan di angka 8 sampai 10, inilah yang membuat kita harus mengantisipasi apalagi di berapa negara terjadi krisis," ujar Djoko dalam acara Energy Corner CNBC Indonesia, Senin (14/11/2022).
Selain itu, Indonesia saat ini juga masih melakukan kegiatan ekspor untuk komoditas batu bara dan Liquefied Natural Gas (LNG). Sehingga kondisinya lebih baik apabila dibandingkan dengan negara lain.
"Sehingga meskipun negara negara lain terjadi krisis kita alhamdulillah tidak terjadi dalam artian kita cepat mengantisipasinya ketika para produsen batubara misalnya berbondong-bondong untuk melakukan ekspor batubara karena harga di luar kan karena terjadi krisis demandnya tinggi sehingga batu bara melonjak," ungkapnya.
Adapun dalam menjaga harga energi di dalam negeri tidak terimbas dengan gejolak global, pemerintah pun memutuskan domestic market obligation/DMO batu bara untuk kebutuhan kelistrikan sebesar US$ 70 per metrik ton dan harga gas dipatok US$ 6 per MMBTU.
"Kita tetapkan sesuai kemampuan PLN US$ 70 di situ sudah kita tetapkan dan gas itu maksimum US$ 6 per MMBTU. Sehingga produsen cenderung mengekspor dan kita dapat mengantisipasi sebelum mereka memenuhi DMO untuk memenuhi energi kita terutama PLN baik batu bara maupun gas maka itu kita tidak terjadi krisis alhamdulillah," ujarnya.
(pgr/pgr)