Diam-diam Sri Mulyani Warning Bos Bank Sentral Dunia!

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
11 November 2022 16:55
Infografis, Pensiunan PNS Bebani Negara Hingga Rp 2800 T
Foto: Infografis/ Pensiunan PNS Bebani Negara/ Edward Ricardo

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengaku, telah melakukan diskusi dengan pejabat-pejabat Bank Sentral di dunia mengenai kebijakan suku bunga di masing-masing negara.

Diskusi dengan berbagai Gubernur Bank Sentral tersebut terjadi saat kunjungan kerjanya di acara pertemuan keempat Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20 di Washington DC, Amerika Serikat pada pertengahan Oktober 2022.

"Saya sebenarnya melakukan diskusi dengan banyak bank sentral dunia di tengah pertemuan G20 di Washington," cerita Sri Mulyani dalam Bloomberg CEO Forum, Jumat (11/11/2022).



Dalam diskusi itu, kata Sri Mulyani dirinya menekankan bahwa di saat kebijakan suku bunga bank sentral harus dinaikan, itu seperti 'meminum obat antibiotic' yang membuat seluruh perekonomian jadi bergerak lambat.

Sri Mulyani mengartikannya, bahwa di saat bank sentral di negara maju menaikkan suku bunga sebagai 'obat' dalam menekan inflasi, kebijakannya itu sangat berpengaruh kepada seluruh 'tubuh' perekonomian di dunia.

"Jika kalian meningkatkan suku bunga kebijakan moneter Anda, itu seperti menggunakan white spectrum antibiotic, itu akan mempengaruhi seluruh tubuh perekonomian," tuturnya.

Padahal, menurut Sri Mulyani dalam merespons kenaikan inflasi, Bank Sentral tidak harus menaikkan suku bunganya. Karena peningkatan suku bunga di tengah inflasi yang tinggi, justru membuat konsumsi masyarakat juga jadi terhambat.

Di samping itu, menurut Sri Mulyani kebijakan bank sentral dalam mengatur suku bunga, lewat kebijakan well planned atau direncanakan dengan baik dinilai terlalu ambisius.



Mengingat, tidak ada yang bisa menebak ke depan akan seperti apa. Perang Rusia dan Ukraina saat ini menyebabkan ketidakstabilan yang tinggi, di tengah pandemi Covid-19 yang belum usai.

"The Federal Reserve melihat tingginya inflasi saat itu bersifat sementara karena disrupsi suply karena pandemi. Nyatanya kemudian terjadi konflik, yang menyebabkan ketidakstabilan tinggi," jelas Sri Mulyani.

"Jadi kata-kata well planned itu tidak ada, dan kemudian dikalibrasi dengan baik (well calibrated) karena tantangan yang ada saat ini. Jadi, ini adalah konsekuensi itu semua. Sangat jelas," tuturnya.


(cap/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dunia Krisis! IMF Sarankan Bank Sentral Lakukan Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular