
Dari Nikel RI Dapat Rp 465 T, Giliran Timah-Bauksit & Tembaga

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia bersiap mengulang kesuksesan hilirisasi nikel di dalam negeri dengan menyetop ekspor raw material timah, bauksit hingga tembaga pada tahun depan atau 2023.
Menteri Investasi atau Kepala Badan Kordinasi Penanaman Modal (BKPM) RI, Bahlil Lahadalia menyebutkan, bahwa nilai ekspor nikel melalui hilirisasi sampai akhir tahun diprediksi menembus US$ 27 miliar - US$ 30 miliar atau Rp 418 triliun - Rp 465 triliun (kurs rupiah Rp 15.500 per US$).
"Dan sekarang sudah mulai tahap lainnya yakni timah, bauksit dan lainnya," ungkap Menteri Bahlil dalam event B-20 Indonesia Net Zero Summit 2022: Decarbonization at All Cost, Jumat (11/11/2022).
Yang terdekat, sesuai dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara (Minerba), ekspor bauksit akan dilarang pada Juni 2023.
Menteri Bahlil menyebutkan bahwa Indonesia saat ini sedang fokus membangun hilirisasi. Ia menggambarkan dari hilirisasi nikel, di mana sejak tahun 2019 perusahaan nikel yang hendak melakukan ekspor wajib melakukan hilirisasi nikel di dalam negeri dan dilarang ekspor bijih nikel.
Hilirisasi di Indonesia, kata Bahlil terhitung sukses, lantaran sebelum ekspor nikel melalui hilirisasi berjalan, di tahun 2017 - 2018, nilai ekspor bijih nikel hanya mencapai US$ 3 miliar atau Rp 46,5 triliun (kurs Rp 15.500 per US$).
Nah, ketika hilirisasi berjalan nilai ekspor dari nikel di tahun 2021 sudah mencapai US$ 20,9 miliar atau sekitar Rp 323 triliun.
"Menurut data perdagangan dan Kemenko, kami Insya Allah akan menutup 2022 ekpor nikel bisa mencapai US$ 27 - US$ 30 miliar (Rp465 triliun) dari dampak hilirisasi," terang Bahlil, Jumat (11/11/2022).
Bahlil menyatakan lagi, bahwa hilirisasi nikel dengan melarang ekspor bijih nikel ke luar negeri sebelumnya mendapatkan banyak penolakan dari berbagai negara termasuk Uni Eropa (UE). Namun bisa dijelaskan Bahlil, bahwa oelarangan ekspor raw materian atau mineral mentah sebagai upaya Indonesia menciptakan dekarbonisasi atas industri yang ramah lingkungan.
"Tapi apa yang terjadi, kami di bawa ke WTO. Tapi kami Indonesia tidak sedikit pun mundur dalam menghadapi tantangan ini ketika kami ingin menjadi negara maju," tandas Bahlil.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Cadangan Mineral Melimpah, Indonesia Jadi Pemain Kunci di Dunia