Menteri Jokowi Ini Ingatkan Negara Pasien IMF Terus Bertambah

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Bahlil Lahadalia mengungkapkan Indonesia harus tetap waspada, dimana banyak negara tengah antre untuk mendapatkan dana bantuan dari lembaga IMF.
Bahlil menjelaskan meski ekonomi Indonesia tumbuh tapi harus tetap berhati-hati karena kondisi global yang tidak membaik.
"Kesimpulan saya 2023 akan terjadi perlambatan ekonomi global, karena negara banyak yang resesi dan ada 16 negara pasien IMF dan ada juga 28 negara yang antre," kata Bahlil dalam Konferensi Pers, Kamis (10/11/2022).
"Dan kita ke depan akan masuk tahun politik kalau tidak dikelola dengan baik, bukan berarti tidak mungkin kita menjadi bagian yang akan antre pada fase menjadi pasien (IMF), dari pribadi saya berpikir cukup pengalaman kelam di tahun 98 itu terjadi," tambahnya.
Menurutnya ekonomi global tidak akan sebaik pada tahun 2022, sehingga dia berpesan untuk mampu memastikan stabilitas baik dari politik, keamanan, dan kebijakan.
"Hati-hati saya sedikit beda pendapat sebagian orang ekonomi Indonesia akan baik baik saja. Pertumbuhan ekonomi kita tumbuh 5,7% jangan kita terbuai, karena baseline kita pada kuartal yang sama di 2021 tidak lebih dari 4%, beda dengan base line kita di Q2-2021. Di Q3 - Q4 (2022) ada tantangan baru kalau kondisi global kita tidak membaik. Jadi jangan euphoria," katanya.
Sebelumnya sudah ada 28 negara yang tengah meminta pinjaman dari IMF pada 2022. Kabar terbaru Bangladesh juga menjadi pasien IMF.
Lembaga tersebut telah menyetujui program dukungan untuk Bangladesh senilai US$4,5 miliar (Rp 70,4 triliun). Persetujuan itu berkaitan dengan kenaikan inflasi yang menerpa negara tersebut dan minimnya kas.
Sebelumnya Pakistan, Sri Lanka, Mesir, dan Argentina yang juga mendapatkan fasilitas bantuan. Bahlil juga mengungkapkan negara-negara yang menjadi pasien IMF tidak hanya negara berkembang. Namun juga ada negara maju yang masuk dalam daftar.
"16 negara jadi pasien IMF dan 28 negara antre bahkan IMF nggak umumkan negara mana saja. Negara pasien dan calon pasien tidak hanya negara berkembang, mungkin ada kekuatan lain sehingga itu nggak diumumkan," kata Bahlil.
[Gambas:Video CNBC]
Sri Lanka Dapat 'Angin Segar' dari IMF
(hoi/hoi)