
Hadir atau Tidaknya Putin di KTT G20, Apa Untungnya Bagi RI?

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Rusia Vladimir Putin belum memastikan hadir di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-20 Bali. Namun, perdebatan mengenai perlu dan tidaknya Putin hadir di Bali terus bergulir menyusul terjadinya perang Rusia-Ukraina serta posisi strategis Indonesia sebagai pemegang Presidensi G-20.
Invasi Rusia ke Ukraina pada akhir Februari 2022 menjadi alasan mengapa kehadiran Putin di Bali menjadi isu politis yang sangat besar. Invasi tersebut ditentang keras oleh Dunia Barat yang juga sebagian besar menjadi anggota G-20 mulai dari Amerika Serikat (AS), Jepang, hingga anggota Uni Eropa.
Presiden AS Joe Biden bahkan sudah terang-terangan mengatakan tidak ingin bertemu dengan Putin di Bali. Jadi tidaknya kehadiran Putin juga menjadi perbincangan mengingat Indonesia sebagai tuan rumah juga mengundang Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menghadiri KTT G-20 di Bali.
Radityo Dharmaputra, dosen Departemen Ilmu Hubungan Internasional Universitas Airlangga, menjelaskan kehadiran Putin di Bali bisa menjadi masalah bagi kelancaran diskusi dan pembahasan kerja sama di antara anggota G-20. Pasalnya, negara-negara Barat terancam walk out jika presiden berusia 70 tahun tersebut hadir secara langsung.
"Kalau datang bisa ada problem karena hubungan dengan Dunia Barat sedang tidak baik sementara banyak delegasi yang datang dari Negara Barat," tutur Radityo kepada CNBC Indonesia.
Pemegang Master of Arts in Baltic Sea Region Studies dari Universitas Tartu, Estonia tersebut, menjelaskan pertemuan pemimpin negara anggota G-20 juga rawan boikot jika Putin hadir. "Kemungkinan akan terjadi boikot saat Putin berbicara langsung di pertemuan atau orang akan keluar saat makan bersama," imbuhnya.
Radityo mengingatkan apa yang menimpa Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov pada pertemuan Menteri Luar Negeri G-20 Bali 7-8 Juli 2022 bisa kembali terulang jika Putin hadir secara langsung.
"Ini menjadi tidak produktif karena orang malah keluar," tuturnya.
Pada Juli lalu, negara-negara anggota G-7 (AS, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, dan Prancis) memilih tidak hadir dalam resepsi makan malam menjelang pertemuan menteri luar negeri karena tidak nyaman dengan kehadiran Lavrov.
Lavrov juga memilih walk out setelah berpidato karena terus dicecar sejumlah pertanyaan oleh Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock.
Menurut Radityo, kondisi lebih kondusif kemungkinan akan terjadi jika Putin tidak hadir atau hanya hadir secara virtual saat menyampaikan pidatonya
Namun, radityo mengatakan ketidakhadiran Putin di Bali bisa memperburuk citra Presiden Joko Widodo, atau Jokowi, sebagai tuan rumah KTT G-20 tahun ini.
"Problemnya adalah image Indonesia bahwa Indonesia tidak bisa menghadirkan seluruh pemimpin negara. Tapi menurut saya akan lebih kondusif jika tidak hadir. Saya yakin Pak Jokowi juga sadar bahwa dua-duanya (AS dan Rusia) mungkin tidak bisa hadir bersama," ujarnya.
Seperti diketahui, acara puncak KTT G-20 akan digelar di Nusa Dua, Bali, pada 15-16 November 2022. Sejumlah kepala delegasi diharapkan sudah mulai tiba di Bali pada 13 November 2022.
Berbeda pandangan, Pakar Komunikasi Politik Hendri Satrio mengatakan kehadiran Putin akan semakin meningkatkan citra keberhasilan Presidensi Indonesia.
"Minimal Indonesia diakui bahwa saat memegang Presidensi dan walaupun ada kondisi perang tetapi Indonesia mampu menghadirkan lengkap semua kepala negara," ujar Hendri kepada CNBC Indonesia.
Sebagai catatan, saat menjadi tuan rumah KTT APEC 2013, Presiden Rusia hadir secara langsung. Namun, Presiden AS pada saat itu Barack Obama tidak bisa hadir dan mendelegasikan Menteri Luar Negeri John Kerry hadir di Bali.
Hendri menambahkan kehadiran langsung Presiden Rusia di Bali akan semakin menguatkan anggapan jika kunjungan Jokowi ke Rusia berhasil.
Dia menambahkan ketidakhadiran Putin di Bali akan memberikan dampak negatif lebih banyak ke Indonesia. Pasalnya, sebagai pemegang Presidensi G-20 tahun ini, Indonesia justru memiliki peluang emas untuk memberikan terobosan dalam perdamaian perang.
"Kalau tidak hadir maka Indonesia dianggap kurang sempurna karena pada saat ada perdamaian dunia. Kalau hadir, Indonesia akan dicatat oleh dunia internasional sebagai negara yang bisa mendudukkan semua negara di G-20 saat negara-negara tersebut berseteru," ujarnya.
Presiden Jokowi pada Selasa (8/11/2022) mengatakan kehadiran Putin akan tetap bergantung pada situasi.
"Saya sudah telepon dengan presiden Putin dan Presiden Zelenskyy. Beliau sampaikan akan hadir kalau kondisi memungkinkan," tegas Jokowi di Taman Hutan Raya, Ngurah Rai, Kota Denpasar, Bali, Selasa (8/11/2022).
Jokowi kembali menegaskan bahwa kehadiran para kepala negara maupun kepala pemerintahan pada KTT G20 di Bali kali ini merupakan suatu kehormatan, mengingat kondisi dunia yang sedang tidak kondusif.
"Saya kira dalam posisi normal itu biasa yang hadir juga 17-18, ini posisi yang tidak normal, dunia sangat sulit, semua negara sangat sulit, kalau kehadirannya sampai sejumlah itu saya kira juga sangat bagus, sangat bagus," katanya.
(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi: Indonesia Siap Menerima Tamu-tamu G20 Bali