Integrasi Hulu Hilir Jadi Syarat Mutlak Bangun Akses Air

Khoirul Anam & Eqqi Syahputra, CNBC Indonesia
03 November 2022 20:36
Irwan Dinata dalam acara Webinar SPAM Terintegrasi Hulu-Hilir. Tangkapan Layar Youtube PUPR_Pembiayaan)
Foto: Direktur Utama PT Moya Indonesia Irwan Dinata (Tangkapan Layar Youtube PUPR_Pembiayaan)

Jakarta, CNBC Indonesia - Direktur Utama PT Moya Indonesia Irwan Atmadja Dinata mengungkapkan penyediaan air bersih menjadi tanggung semua stakeholder, terutama untuk perawatan air baku. Penyaluran air dari hulu ke hilir menurutnya pun masih menjadi pekerjaan rumah, dan diperlukan sinkronisasi aturan.

"Jadi di mana kita bisa bekerja lebih terbuka dan lebih cepat perizinan juga bisa dibantu PUPR," ujar Irwan dalam webinar "SPAM Terintegrasi Hulu-Hilir Untuk Mencapai Target 10 Juta Sambungan Rumah" pada Kamis (3/11/2022).

Dia juga mengingatkan sistem yang dibangun pun harus terintegrasi dan tidak terpecah dengan rumit. Menurut Irwan, investasi SPAM akan sulit dan tidak menarik jika sistemnya rumit.

"Jadi SPAM ini banyak sekali kepentingan masyarakat yang harus dilibatkan itu sektor yang harus kita bantu karena hak semua manusia mendapatkan air bersih air minum. Jadi kalau secara menyeluruh jangan melihat financial saja, namun juga social impact," jelasnya.

Selain investasi, menjaga sumber air baku juga menjadi tugas penting selanjutnya. Jika nantinya sumber air berkurang, maka harus ada berbagai upaya solutif agar tidak terjadi kelangkaan.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama PT Danareksa Arisudono Soerono mengatakan pendanaan dan investasi harus diperhatikan dalam penyediaan air bersih ini. Dalam Indonesia Water Fund, Danareksa berperan menggalang dana dari investor dan menyalurkan dana kepada pengelola.

"Kami akan memilih proyek yang layak didanai dan melihat secara integrasi," kata dia.

Arisudono mengatakan Danareksa berkomitmen membantu pemerintah mencapai target 10 juta sambungan rumah di 2024. Tantangannya dalam pembangunan akses air bersih ini adalah sistem SPAM yang terfragmentasi sehingga adanya ketimpangan. Untuk itu, penting ada pembangunan terintegrasi dari hulu ke hilir atau source to tap.

"Kalau dibilang loan 70%, kita butuh equity Rp 70 triliun. Kami hadir di situ, bagaimana mengumpulkan investor, kemudian dikelola BUMN. Jadi bisa menutup gap pembiayaan tadi," ujar Arisudono.


(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Swasta Ikut Bangun Infrastruktur SPAM, Syarat Ini...

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular