Manufaktur China Ciut, Indonesia Bisa Ketiban Cuan Nih!

Anisa Sopiah, CNBC Indonesia
03 November 2022 18:05
Ilustrasi pabrik benang (Dok: Freepik)
Foto: Ilustrasi pabrik benang (Dok: Freepik)

Jakarta, CNBC Indonesia - Terjadinya pergeseran manufaktur China yang ditandai dengan relokasi pabrik asing dan perlambatan produksi tersebut membuka peluang besar bagi Indonesia untuk menggenjot ekspor di sektor ini. Bank Dunia mengatakan Indonesia berpeluang besar mengisi pasar AS sebagai pengganti China.

Sebagai catatan, pada Agustus ekspor Indonesia mencapai US$27,9 miliar, rekor tertinggi dan tumbuh 9,1% dibandingkan tahun lalu. Bagusnya kinerja ekspor membuat surplus neraca perdagangan mencapai US$5,76 miliar, atau mempertahankan rekor 28 bulan surplus.

Sementara itu, pada Oktober 2022, Purchasing Managers' Index (PMI) di China berada di sekitar 49,2 persen, dibandingkan bulan sebelumnya 50,1. Ini menggambarkan bahwa manufaktur China masih berada di dalam fase kontraksi. Kebijakan zero-Covid telah menghantam industri manufaktur negara tersebut.

Bank Dunia mengungkapkan situasi yang terjadi di China, bisa menguntungkan Indonesia.

"Bagaimana pergeseran di bidang manufaktur yang menjauh dari China ini bisa dimanfaatkan oleh Indonesia dengan kebijakan yang tepat, sehingga Indonesia dapat mengambil manfaat dari situasi ini," kata Ekonom Senior Bank Dunia Csilla Lakatos pada acara Webinar Indonesia Development Talk yang diadakan oleh ADB pada Kamis (3/11/2022).

Csilla mengatakan terjadi penurunan ekspor produk filamen buatan manusia seperti teksil dari China ke Amerika Serikat (AS) pada tahun 2021. Menurutnya momentum ini perlu dimanfaatkan Indonesia untuk mengisi kekosongan eksportir tersebut.

"Sebagai contoh di sini dalam hal filamen buatan manusia seperti tekstil karena ekspor dari China ke AS itu menurun dari 20% ke 16% di 2021. Maka porsi Indonesia untuk ekspor bahan-bahan tekstil ke AS semakin meningkat," paparnya.

Selain tekstil, Csilla juga melihat peluang besar pasar AS bagi eksportirĀ sepatu Indonesia.

"Tren ekspor sepatu dari Cina ke AS menurun secara signifikan dalam dasawarsa terakhir. Di sisi lain terjadi kenaikkan tren sepatu Indonesia ke AS akhir-akhir ini," katanya.

Menurutnya, salah satu kebijakan yang dapat mendukung pemanfaatan pergeseran ini yaitu dengan membentuk keseimbangan sosial dan membuat sistem perizinan ekspor impor yang bisa meningkatkan transparansi perizinan ekspor impor. Selain itu, Csilla juga menyarankan perlu adanya reformasi perdagangan yang mengatur Non-tariff measures (NTMs) atau hambatan non tarif.

"Terkait reformasi perdagangan yang ingin saya tekankan mengenai NTM adalah perbaikan khususnya dalam inspeksi pra pengiriman. Nah reformasi diperlukan dalam standar nasional Indonesia dan perbaikan impor terkait persyaratan port entry," katanya.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Aturan Covid Longgar, Sektor Jasa & Manufaktur China Bangkit!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular