Pak Jokowi, Investasi Migas RI Kalah Saing dari Tetangga nih

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
03 November 2022 13:50
tambang minyak lepas pantail
Foto: ist

Jakarta, CNBC Indonesia - Iklim investasi hulu minyak dan gas bumi Indonesia disebut masih kalah menarik dibandingkan dengan negara tetangga, seperti Malaysia maupun Brunei Darussalam.

Praktisi sektor hulu migas Tumbur Parlindungan mengatakan, kurang menariknya iklim investasi hulu migas di Indonesia karena dipicu berbagai faktor, salah satunya masalah kesucian kontrak (contract sanctity).

"Ecosystem investasi di upstream migas di Indonesia sudah tidak semenarik dari negara-negara lain, sebagai contohnya Malaysia, Brunei and negara-negara ASEAN lainnya," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Kamis (03/11/2022).

Kurang menariknya iklim investasi di hulu migas ini akhirnya turut berdampak pada perusahaan jasa dan penyedia peralatan migas untuk lebih memilih bekerja sama dengan negara-negara tetangga RI.

"Mungkin mereka (perusahaan jasa dan peralatan migas) lebih memprioritaskan ke negara-negara tersebut yang masih banyak International Oil and Gas Company (IOC) yang melakukan investasinya," ujarnya.

Menurut Tumbur, kondisi ini terjadi lantaran beberapa investor menilai kesucian kontrak di sektor hulu migas RI merupakan salah satu ketidakpastian yang cukup besar. Hal ini lantas berdampak pada target-target yang sudah ditentukan sebelumnya.

"Terlalu sering adanya perubahan peraturan yang dampaknya terjadi perubahan perjanjian yang sudah disepakati sebelumnya," katanya.

Selain itu, belum rampungnya pembahasan Revisi Undang-Undang No.22 tahun 2001 tentang Migas (UU Migas) membuat kepastian hukum di sektor hulu migas juga semakin abu-abu. Dengan begitu, investor masih akan tetap menahan investasinya hingga RI mempunyai kekuatan payung hukum tetap.

"Revisi UU Migas juga ditunggu. Semakin lama disahkan (Revisi UU Migas), uncertainty juga semakin besar. Investors wait and see. Options ada di investors, mereka mau berinvestasi di Indonesia (dengan segala uncertainty) atau ke negara-negara lainnya yang lebih certain," katanya.

Untuk diketahui, berdasarkan data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) realisasi investasi hulu migas hingga kuartal III 2022 baru mencapai US$ 7,7 miliar atau baru 60% dari target tahun ini sejumlah US$ 13,2 miliar.

Sebelumnya, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menilai kenaikan harga minyak tidak lantas membuat investasi migas melonjak begitu saja. Mengingat, harga minyak hanya bersifat sementara.

Di samping itu, dengan adanya potensi inflasi yang cukup tinggi, investor juga memandang bahwa terdapat ancaman krisis. Sedangkan dengan adanya krisis, investor lebih memilih untuk memperkuat struktur manajemen kas perusahaan dibanding harus menggelontorkan investasi baru.

"Kalau ancaman krisis yang dilakukan orang preparation cash is key. Jadi karena itu orang memperkuat cash-nya. Karena pada krisis inflasi tinggi bunga juga akan tinggi. Bisa melonjak. Ini sangat berat sekali." ujar Dwi dalam acara Malam Apresiasi Media di Bandung, Selasa (4/10/2022).

Oleh sebab itu, dengan melihat ancaman seperti tersebut, menurut dia perusahaan migas akan lebih berhati-hati dalam menanamkan investasinya. Hal itulah yang menyebabkan capaian investasi hulu migas saat ini masih rendah.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Dia Biang Kerok Kurang Menariknya Investasi Migas RI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular