Harga Minyak Masih Tinggi, Kok Investasi Hulu Migas Mini?

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
03 November 2022 12:25
Malacca Strait PSC, doc.EMP
Foto: Malacca Strait PSC, doc.EMP

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia cenderung dalam tren yang masih tinggi. Pada perdagangan Rabu (2/11/2022) harga minyak mentah Brent tercatat US$95,5 per barel dan minyak West Texas Intermediate (WTI) US$ 90 per barel.

Namun, tingginya harga minyak mentah dunia itu rupanya tak mampu mengerek investasi di dalam negeri. Sampai pada kuarta II-2022 ini, investasi hulu migas di dalam negeri baru mencapai US$ 7,7 miliar atau 60% dari target tahun ini sejumlah US$ 13,2 miliar.

Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas (Aspermigas) menilai kenaikan harga minyak bukan menjadi jaminan investasi hulu migas akan melesat. Pasalnya, investor masih menanti kondisi perekonomian global yang tak menentu.

Sekretaris Jenderal Aspermigas Moshe Rizal menilai kenaikan harga minyak yang bertengger cukup lama tidak cukup untuk membuat investasi hulu migas RI terdongkrak. Mengingat situasi perekonomian global masih tak menentu.

"Walaupun harga minyak tinggi, namun situasi ekonomi global saat ini sangat volatile, banyak ketidakpastian, sehingga investor masih berhati-hati sekali dalam berinvestasi," kata Moshe kepada CNBC Indonesia, Kamis (3/11/2022).

Lebih lanjut, menurut Moshe saat ini kebanyakan perusahaan migas hanya akan fokus pada aset-aset eksisting yang sudah berproduksi. Ini dilakukan untuk memaksimalkan pendapatan dan memperkuat cadangan menghadapi tahun depan yang belum tentu lebih baik dari tahun ini. "Jadi proyek-proyek yang bersifat jangka panjang dan beresiko seperti eksplorasi dibatasi," ujarnya.

Sebelumnya, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menilai kenaikan harga minyak tidak lantas membuat investasi migas melonjak begitu saja. Mengingat, harga minyak hanya bersifat sementara.

Di samping itu, dengan adanya potensi inflasi yang cukup tinggi, investor juga memandang bahwa terdapat ancaman krisis. Sedangkan dengan adanya krisis, investor lebih memilih untuk memperkuat struktur manajemen kas perusahaan dibanding harus menggelontorkan investasi baru.

"Kalau ancaman krisis yang dilakukan orang preparation cash is key. Jadi karena itu orang memperkuat cash nya. Karena pada krisis inflasi tinggi bunga juga akan tinggi. Bisa melonjak. Ini sangat berat sekali." ujar Dwi dalam acara Malam Apresiasi Media di Bandung, Selasa (4/10/2022).

Oleh sebab itu, dengan melihat ancaman seperti tersebut, menurut dia perusahaan migas akan lebih berhati-hati dalam menanamkan investasinya. Hal itulah yang menyebabkan capaian investasi hulu migas saat ini masih rendah.


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Genjot Gairah Investasi Migas, Ini yang Dilakukan SKK Migas

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular