
Tsunami PHK Nyata, Penampakan Pabrik Garmen Setop Operasi
Penurunan pesanan yang mencapai 50 persen membuatnya terpaksa mengurangi kapasitas produksi dari 70 lini menjadi 34 lini produksi.

Jajaran kursi kosong dengan deretan mesin jahit yang tertutup kain, berjejer di sepanjang lini produksi di pabrik-pabrik garmen di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Salah satunya, di PT Fotexco Busana Internasional salah satu pabrik garmen yang memproduksi pakaian dalam dengan tujuan ekspor. (Tangkapan layar CNBC Indonesia TV)

Presiden Direktur Fotexco, Yan Mei, menuturkan, kondisi ini berlangsung sejak bulan Mei 2022. (Tangkapan layar CNBC Indonesia TV)

Penurunan pesanan yang mencapai 50 persen membuatnya terpaksa mengurangi kapasitas produksi dari 70 lini menjadi 34 lini produksi. (Tangkapan layar CNBC Indonesia TV)

Akibatnya, 1.000 lebih buruh pabriknya mengalami putus kontrak akibat sepinya order. Bahkan di Bulan September, Ia menjelaskan, pesanan hanya terisi 30 persen saja. (Tangkapan layar CNBC Indonesia TV)

Kondisi ini sempat membaik di bulan Oktober dan November. Namun, di bulan Desember pesanan kembali turun ke level 30 persen. Kondisi ini tak hanya dialami pabriknya, tetapi juga turut dirasakan pabrik garmen lain di daerah Kabupaten Bogor. (Tangkapan layar CNBC Indonesia TV)

Penurunan permintaan ini, menurutnya berkaitan erat dengan permasalahan pengiriman dan pelemahan daya beli masyarakat di negara tujuan ekspor. (Tangkapan layar CNBC Indonesia TV)

Tingginya upah minimum Kabupaten di daerah Bogor, semakin mengancam keberlangsungan industri garmen di Kabupaten Bogor Jawa Barat. (Tangkapan layar CNBC Indonesia TV)

Ia berharap para pemangku kepentingan dapat duduk bersama pemerintah dan pekerja untuk mencari solusi bersama agar industri padat karya dapat selamat dan para buruh mendapat jaminan pekerjaan. (Tangkapan layar CNBC Indonesia TV)