JK Soal Ancaman Resesi: Ini Bukan Masalah Besar Bagi RI
Jakarta, CNBC Indonesia - Jusuf Kalla (KL), Wakil Presiden era Presiden Susilo Bambang Yuhoyono (SBY) dan Joko Widodo (Jokowi) bicara mengenai ancaman resesi dunia. Meski demikian, JK meminta rakyat Indonesia tidak usah pesimis.
Hal ini disampaikan JK dalam Diskusi Panel bertajuk Global Economy: Reflections and Challenges for Indonesia Post G20 Presidency, Jakarta, Rabu (2/11/2022)
JK menjelaskan, persoalan yang dihadapi dunia sekarang bergeser dari pandemi covid-19 ke dampak ketegangan geopolitik. Pandemi covid-19 sudah relatif teratasi seiring dengan gencarnya vaksinasi dan penanganan yang lebih baik.
Sementara itu ketegangan geopolitik, salah satunya perang Rusia dan Ukraina sejak awal 2022 membuat harga komoditas energi hingga pangan melonjak drastis dan menyebabkan inflasi yang sangat tinggi di berbagai negara.
"Konflik-konflik antar negara saat ini kembali menjadi tantangan baru perekonomian dunia," jelasnya.
Hal tersebut memberikan tekanan terhadap semua negara. Baik dikarenakan ketersediaan energi dan pangan, namun juga akibat kenaikan suku bunga acuan oleh negara maju, seperti Amerika Serikat (AS) yang menimbulkan gejolak di pasar keuangan.
"Namun demikian, untuk wilayah Asia Tenggara termasuk Indonesia, dampak konflik antar negara saat ini tidaklah seburuk di belahan dunia yang lain," terang Ketua Badan Pembina Yayasan Paramadina tersebut.
Indonesia dalam situasi sekarang, menurut JK justru memiliki peluang untuk tumbuh lebih tinggi dari level 5%. Terutama dipengaruhi oleh tingginya harga komoditas seperti batu bara dan minyak kelapa sawit yang merupakan ekspor andalan Indonesia.
Kalangan dunia usaha meraup penghasilan melimpah, begitu juga pemerintah. Pada tahun ini saja diperkirakan penerimaan negara khusus dari komoditas mencapai lebih dari Rp 400 triliun. Dampak positifnya juga terlihat pada makro ekonomi dan masyarakat umum.
"Jadi sebetulnya di tengah krisis di berbagai wilayah saat ini, akan memberikan peluang bagus jika negara itu mampu untuk mengisi peluang-peluang yang ada. Terbukti Vietnam saja bisa memanfaatkan krisis dunia. Maka bagi Indonesia harus dilakukan evaluasi agar momentum ini dapat dijadikan peluang yang baik," jelas JK.
JK menambahkan, Indonesia sudah melewati berbagai krisis. Paling dekat adalah krisis keuangan 2008. Ketika itu, menurut JK situasi Indonesia masih baik dengan pertumbuhan di atas 4%. Tidak butuh waktu lama, setahun kemudian pertumbuhan ekonomi naik lagi menjadi 6% karena keuntungan dari tingginya harga komoditas dikelola dengan baik.
"Jadi dalam situasi ini hendaknya kita tidak usah pesimis. Seolah olah krisis ini adalah krisis yang menjadi masalah besar bagi Indonesia," tegas JK.
(mij/mij)