
Jos Kotos-Kotos, Harga BBM Cs Melonjak Tapi PLN Masih Cuan!

Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah melejitnya harga bahan bakar, mulai dari Bahan Bakar Minyak (BBM) hingga batu bara, PT PLN (Persero) tetap mencetak laba bersih hingga 30 September 2022.
Bahkan, laba bersih PLN berhasil melonjak 29% menjadi Rp 15,93 triliun selama Januari-September 2022 dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Berdasarkan Laporan Keuangan Konsolidasian PT PLN (Persero) hingga 30 September 2022 yang Tidak Diaudit (Unaudited), dikutip Senin (31/10/2022), PLN mencatatkan beban usaha dari pembelian bahan bakar dan pelumas sebesar Rp 108,22 triliun hingga kuartal III 2022. Angka tersebut melonjak 25,63% dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 86,14 triliun.
Kenaikan biaya bahan bakar itu merupakan salah satu faktor yang membuat jumlah beban usaha PLN naik dari Rp 237,36 triliun menjadi Rp 276,95 triliun pada akhir September 2022.
Adapun biaya bahan bakar yang dimaksud antara lain berupa Solar High Speed Diesel (HSD) melonjak ke Rp 25,4 triliun dari sebelumnya Rp 14,1 triliun (year on year/yoy), lalu Fuel Marine Oil naik menjadi Rp 1,05 triliun dari Rp 683,4 miliar, dan lain-lain Rp 1,99 triliun dari Rp 1,07 triliun.
Sementara bahan bakar non minyak, lonjakan biaya terlihat dari batu bara, yakni melonjak menjadi Rp 46,7 triliun dari Rp 37,1 triliun pada Januari-September 2021, lalu energi panas bumi naik menjadi Rp 2,88 triliun dari Rp 2,68 triliun, dan air menjadi Rp 301,7 miliar dari Rp 291,5 miliar. Sementara biaya bahan bakar gas terlihat menurun menjadi Rp 29,65 triliun dari Rp 30,02 triliun.
Sedangkan untuk minyak pelumas juga mengalami peningkatan menjadi Rp 189,6 miliar dari Rp 161,49 miliar.
Beruntung, pendapatan usaha PLN tetap tokcer sepanjang kuartal III 2022. Tercatat, perusahaan setrum pelat merah itu meraup pendapatan sebesar Rp 325,12 triliun hingga September 2022 atau naik 20,47% dari Rp 269,87 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Hal itu turut andil mendongkrak laba bersih PLN sebesar 28,62% dari Rp 12,38 triliun menjadi Rp 15,93 triliun hingga kuartal III 2022.
Adapun pendapatan perusahaan didominasi dari penjualan tenaga listrik yang tembus Rp 231,04 triliun atau naik 8,56% dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 212,82 triliun. Disusul pendapatan dari kompensasi sebesar Rp 46,367 triliun atau naik 186,54% dari sebelumnya Rp16,18 triliun.
Kemudian, pendapatan yang berasal dari subsidi listrik pemerintah yang tembus Rp 42,14 triliun atau naik 12,70% dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 37,39 triliun.
Lalu, pendapatan penyambungan pelanggan yang tembus Rp 606,93 miliar atau naik 80,60% dari Rp 336,05 miliar dan lain-lain naik menjadi Rp 4,96 triliun dari yang sebelumnya Rp 3,14 triliun.
Seperti diketahui, harga minyak mentah dan batu bara dunia sejak awal tahun memang tengah melejit dibandingkan tahun lalu. Harga minyak mentah bahkan sempat di atas US$ 100 per barel dan harga batu bara juga sempat melampaui US$ 463 per ton pada 5 September 2022 lalu. Meski harga batu bara dunia melejit, harga batu bara untuk kepentingan dalam negeri (Domestic Market Obligation/ DMO) seperti listrik dipatok maksimal US$ 70 per ton.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bye Krisis! Cadangan Batu Bara Pembangkit PLN di Atas 20 Hari
