
Harga BBM Besok Naik? Ini Kata Pertamina dan Shell Cs

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan usaha penyalur Bahan Bakar Minyak (BBM) sedang mencermati komponen penentu harga BBM di dalam negeri. Diantaranya komponen penentu itu adalah harga minyak mentah dunia dan juga nilai tukar rupiah (kurs) terhadap dolar Amerika Seikat (AS).
Untuk diketahui, biasanya sejumlah badan usaha penyalur BBM melakukan penyesuaian harga setiap bulannya pada tanggal 1.
Pada perdagangan Jumat (28/10/2022) harga minyak mentah Brent tercatat US$95,77 per barel, Sedangkan jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) harganya US$87,9 per barel. Dalam satu pekan kemarin, kurs rupiah juga masih loyo atau berada dalam tekanan Rp 15.500-an per US$.
Lantas apakah dengan harga minyak mentah yang masih tinggi dan juga nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang masih lemah akan mempengaruhi harga BBM pada 1 November 2022 ini?
PT Pertamina (persero) pun mengaku untuk harga BBM non subsidi, termasuk Pertamax (RON 92) kini telah sesuai dengan harga keekonomiannya.
"Kami masih melihat trennya, selain harga minyak mentah, juga MOPS dan kursnya," kata Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga Irto Ginting kepada CNBC Indonesia, Jumat (28/10/2022).
Badan usaha penyalur BBM swasta seperti Shell Indonesia juga menyampaikan bahwa harga minyak dunia memang berpengaruh terhadap penentuan harga jual BBM. Namun demikian, penetapan harga BBM Shell juga dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai faktor lainnya.
Beberapa faktor lainnya itu antara lain harga produk minyak olahan berdasarkan Mean of Platts Singapore (MOPS), kondisi dan volatilitas pasar, nilai tukar mata uang asing, pajak pemerintah dan bea cukai, biaya distribusi dan biaya operasional, kinerja perusahaan, serta aktivitas promosi yang sedang berjalan.
"Dapat kami sampaikan bahwa penyesuaian harga yang kami lakukan dilakukan sesuai dengan peraturan pemerintah yang berlaku mengenai harga jual BBM," kata VP Corporate Relations Shell Indonesia Susi Hutapea.
Hal senada diungkapkan pemilik SPBU BP-AKR. Pemilik SPBU yang identik dengan warna hijau ini juga masih memantau pergerakan harga minyak dunia hingga kurs. Sehingga, perusahaan belum dapat memastikan apakah akan ada rencana penyesuaian harga.
"BP-AKR senantiasa melakukan penyesuaian harga dengan mempertimbangkan berbagai faktor, diantaranya harga minyak dunia, biaya operasional dan kondisi pasar. Mengenai tren harga BBM ke depannya tentu sangat bergantung dengan fluktuasi harga minyak mentah dunia," kata Marketing Director PT Aneka Petroindo Raya Vanda Laura.
Pakar Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi mengatakan, setidaknya terdapat tiga faktor utama perhitungan keekonomian harga BBM, yaitu harga minyak dunia, kurs rupiah, dan inflasi. "Mestinya kalau mengacu pada dua variabel tadi itu Pertamina itu lebih akan menaikkan pada harga BBM non subsidi karena non subsidi corporate action-nya Pertamina," kata dia.
Menurut Fahmy, mencermati harga minyak dunia dan melemahnya kurs rupiah, maka potensi kenaikan harga BBM non subsidi bisa saja terjadi. Namun ia optimistis untuk harga BBM subsidi, pemerintah masih akan tetap menjaga di level saat ini. "Kalau subsidi itu kan domainnya Pemerintah variabelnya banyak lagi dan pertimbangannya banyak, kalau non subsidi saya perkirakan bisa naik," kata dia.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Ambyar, Harga BBM Berubah? Cek di SPBU Seluruh RI