
Malapetaka di Mana-Mana, Waspada Bumi Kehabisan Waktu!

Jakarta, CNBC Indonesia - Perserikatan Bangsa-Bangsa memberikan peringatan terbaru terkait perubahan iklim yang terjadi di dunia. Bahkan, Bumi disebut telah kehabisan waktu dalam menangkal fenomena ekologis ini.
Dalam laporan tahunan yang dirilis menjelang KTT iklim PBB bulan depan di Mesir, Organisasi Meteorologi Dunia (WMO), memperingatkan waktu hampir habis untuk membuat perubahan transformasional yang diperlukan agar dapat membatasi kenaikan suhu global.
Kenaikan konsentrasi atmosfer dari ketiga gas rumah kaca, yakni karbon dioksida, metana, dan dinitrogen oksida, melampaui peningkatan rata-rata selama dekade terakhir. Ini artinya, semua tengah berada pada level rekor baru.
Konsentrasi karbon dioksida gas rumah kaca utama naik 2,5 bagian per juta menjadi 415,7, meningkat setidaknya sejak 3 juta tahun yang lalu ketika Bumi jauh lebih hangat.
Sementara lonjakan gas metana yang kuat dan memerangkap panas adalah yang tertinggi sejak pencatatan dimulai pada 1983, kata laporan itu. Metana adalah gas nomor dua yang berkontribusi terhadap pemanasan setelah karbon dioksida.
"Peningkatan konsentrasi gas-gas utama yang memerangkap panas, termasuk rekor percepatan tingkat metana, menunjukkan bahwa kita sedang menuju ke arah yang salah," kata Sekretaris Jenderal WMO Petteri Taalas, yang menyerukan transformasi energi, industri dan sistem transportasi, dilansir dari Reuters, Jumat (28/10/2022).
"Perubahan yang diperlukan secara ekonomi terjangkau dan memungkinkan secara teknis. Waktu hampir habis," imbuhnya.
Penelitian oleh Rockström dan rekan, yang diterbitkan pada bulan September, menemukan lima titik kritis iklim yang telah terlewatkan karena pemanasan global. Ini termasuk runtuhnya lapisan es Greenland, dengan lima kemungkinan lainnya dengan pemanasan 1,5C.
"Selain itu, dunia sayangnya dalam keadaan tidak stabil secara geopolitik," kata Rockström kepada Guardians.
"Jadi ketika kita membutuhkan tindakan kolektif di tingkat global, mungkin lebih dari sebelumnya sejak perang dunia kedua, untuk menjaga planet ini tetap stabil, kita memiliki titik terendah dalam hal kemampuan kita untuk bertindak bersama secara kolektif."
Sementara itu, laporan lebih lanjut yang diterbitkan dalam dua hari terakhir mengatakan kesehatan orang-orang di dunia bergantung pada kecanduan global terhadap bahan bakar fosil, dengan meningkatnya kematian akibat panas, kelaparan, dan penyakit menular saat krisis iklim meningkat.
"Sangat penting untuk menghindari risiko berjenjang bahwa respons terhadap krisis yang ada dibuat dengan cara yang membatasi perubahan iklim ke tingkat serendah mungkin," tegas Professor Corinne Le Quéré, di University of East Anglia.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article PBB Ungkap RI Dalam Bahaya Besar, Beberkan Fakta Mengerikan Ini