Sri Mulyani Cs Yakin Ekonomi RI Kuartal III Tumbuh 5,7%

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
28 October 2022 20:00
Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam acara Leaders Talk Series #2 dengan tema
Foto: Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam acara Leaders Talk Series #2 dengan tema "Indonesia Energy Investment Landscape". (Tangkapan Layar Youtube PLN Pusdiklat)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) meyakini pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Kuartal III-2022 akan tumbuh sekira 5,7%, di tengah ekonomi dunia yang saat ini sedang bergejolak.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Febrio Kacaribu menjelaskan, setelah ekonomi Indonesia tumbuh negatif diterpa pandemi Covid-19, kini pemulihan ekonomi Indonesia masih sangat kuat.

Dari perhitungan BKF, pertumbuhan ekonomi Kuartal III-2022 akan lebih tinggi dibandingkan Kuartal II-2022 yang tumbuh mencapai 5,44% (year on year/yoy). Angka pertumbuhan ekonomi Kuartal III-2022 ini akan diumumkan pada 7 November 2022 oleh Badan Pusat Statistik (BPS).

"Kuartal III ini kita melihat peluangnya sebenarnya masih lebih kuat lagi dari Kuartal II-2022. Jadi, angka terakhir dari kami itu 5,7% (yoy). Nanti kita lihat ini akan tercermin dari apa yang diumumkan BPS," jelas Febrio dalam seminar yang diselenggarakan Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Jumat (28/10/2022).

Febrio bilang, melihat pengalaman pada 2020 hingga 2022, ekonomi Indonesia pulih dengan sangat kuat. Untuk itu, pemerintah meyakini pertumbuhan ekonomi Kuartal III-2022 akan lebih baik dibandingkan Kuartal II.

Kendati demikian, Febrio mengungkapkan bahwa di 2023 perekonomian Indonesia akan dihadapkan pada ketidakpastian. Oleh karena itu, APBN 2023 dinilai optimistis dan harus waspada.

Diketahui, dalam Undang-undang APBN 2023, pemerintah menargetkan penerimaan negara mencapai Rp 2.463 triliun, meningkat dari usulan awal.

Kemudian, target inflasi meningkat dari semula 3,3% menjadi 3,6%. Terdapat pula penyesuaian pada asumsi nilai tukar rupiah dari semula Rp 14.750/US$ menjadi Rp 14.800/US$.

Asumsi ICP juga disepakati tetap berada pada level US$ 90 per barel, dengan pertimbangan bahwa harga komoditas di tahun 2023 akan sedikit melandai sejalan dengan prospek pertumbuhan ekonomi global yang mengalami pelemahan.

Sementara, untuk asumsi lifting gas dinaikkan menjadi 1,1 juta barel setara minyak per hari (BOEPD) dari semula 1,05 juta BOEPD. Dengan upaya pemulihan ekonomi yang terus dijaga semakin membaik pada tahun 2023, maka proyeksi pertumbuhan ekonomi di tahun 2023 diperkirakan dapat mencapai 5,3%.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ramalan Terbaru Sri Mulyani Soal Ekonomi RI di 2023, Simak!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular