Sebentar Lagi, RI Bisa Sulap Nikel Jadi Baterai Mobil Listrik

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
28 October 2022 13:17
A worker uses the tapping process to separate nickel ore from other elements at a nickel processing plant in Sorowako, South Sulawesi Province, Indonesia March 1, 2012. REUTERS/Yusuf Ahmad
Foto: REUTERS/Yusuf Ahmad

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menargetkan Indonesia dapat memproduksi baterai untuk kendaraan listrik pada kuartal IV 2024 mendatang.

Hal ini seiring dengan berjalannya proyek pabrik baterai kendaraan listrik terintegrasi dari hulu ke hilir.

"Indonesia berencana ekspor baterai lithium EV. Saya lihat kita berharap dengan kerja sama CATL kita bisa produksi kuartal IV 2024, 2030 menjadi nomor 2-3 penyumbang lithium baterai," ungkap Luhut dalam 'Peluncuran Laporan Kegiatan CSR Perusahaan-Perusahaan China di Indonesia' di Raffles Hotel, Jakarta, Jumat (28/10/2022).

Menurut Luhut, pihaknya terbuka kepada siapa saja untuk turut terlibat dalam proyek ekosistem baterai, mulai dari LG Energy Solution (LGES), Tesla hingga Contemporary Amperex Technology Co (CATL) asal Tiongkok.

"Saya menyadari Indonesia melanjutkan transisi ke ekonomi hijau pentingnya pembangunan berkelanjutan. Tiongkok salah satu investor kami untuk mengikuti aturan di Indonesia untuk investasi dan mereka mengikuti ekonomi hijau," ujarnya.

Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Kemaritiman dan Investasi Septian Hario Seto sebelumnya mengatakan terdapat beberapa proyek baterai kendaraan listrik terintegrasi yang saat ini sudah mulai berjalan. Misalnya, kerja sama antara PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), IBC dengan LG dan CATL untuk pengembangan baterai kendaraan listrik.

"Kemudian proyek smelter nikel HPAL di Pulau Obi. Kemudian di Morowali terus PT.Indonesia Konawe Industrial Park (IKIP) dengan PT Sulawesi Cahaya Mineral itu juga ekosistem baterai. Smelter nikel Pomalaa di PT Vale," ujarnya dalam acara Closing Bell, Rabu (28/9/2022).

Menurut Seto, ini menjadi tahun yang cukup menyenangkan bagi Indonesia, mengingat begitu banyak investor yang tertarik untuk menanamkan investasinya di Indonesia. Sehingga kembali lagi bagaimana Indonesia ini bisa memanfaatkan momentum tersebut dengan baik.

"Satu isu yang selalu saya dapatkan saat menghadiri konferensi internasional adalah bagaimana isu sustainability sudah terkait dengan ESG dari hulu sampai hilir," kata Seto.

Oleh karena itu, pemerintah saat ini tengah menginisiasi Standar Initiative for Responsible Mining Assurance (IRMA) untuk mendorong perusahaan pertambangan yang bertanggung Jawab. Pasalnya raksasa otomotif sekelas Ford, Tesla hingga raksasa teknologi Microsoft telah bergabung dengan IRMA.

"Bagaimana perusahaan perusahaan ini berkomitmen untuk mencari critical mineralnya dari sumber-sumber tambang dan proses yang memang sesuai dengan standar ESG," kata dia.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Terungkap! Ini Omongan Luhut ke AS Soal Pengucilan Nikel RI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular