Kena Bombardir Kabar Resesi, Orang Kaya RI Ngirit Belanja

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
Rabu, 26/10/2022 18:55 WIB
Foto: Pengunjung memlih pakaian yang dijual di salah satu pusat perbelanjaam di Kawasan Depok, Jawa Barat, Selasa (5/1/2021). Badan Pusat Statistik (BPS) memberi sinyal bahwa daya beli masyarakat mulai membaik karena salah satu indikatornya yakni inflasi komponen inti tumbuh positif mencapai 0,05 persen pada Desember 2020. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kalangan menengah ke atas di Indonesia mulai menahan untuk belanja. Mereka mulai khawatir dengan adanya potensi resesi dan krisis global di tahun depan. Menghadapi ketidakpastian itu, cara paling rasional adalah menahan pembelian atau konsumsi.

"Karena kenaikan harga bahan bakar, ada efek jangka pendek. Tapi secara jangka menengah mulai pulih tapi nggak cepat. Efek pemberitaan tahun depan resesi jadi mereka nahan beli," kata Ketua Umum Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (HIPPINDO) Budihardjo Iduansjah kepada CNBC Indonesia, Rabu (26/10/22).

Meski demikian, keputusan untuk berbelanja kembali pada masing-masing individu. Jika pendapatan kalangan menengah itu cenderung tetap, maka lebih berani untuk berbelanja. Sebaliknya, jika status bekerja masih belum memenuhi ketidakpastian, maka cenderung menahan.


"Tapi semua balik lagi ke pendapatan mereka, bila di Indonesia stabil, proyek jalan, pendapatan stabil, beberapa bulan ke depan ada pekerjaan baru tercipta, investor banyak sekali masuk. Itu menumbuhkan kepercayaan kembali dan peningkatan daya beli," ujar Budihardjo.

"Kita lihat 11-11 penjualan online dan 12-12 Nataru, baru bisa dipastikan Indonesia aman secara pondasi dari sektor ritel," lanjutnya.

Di supermarket tidak semua tenant mengalami pertumbuhan. Sebagian diantaranya justru stagnan bahkan justru cenderung hanya bisa bertahan. "FnB (makanan-minuman) pulih, fashion belum, department store pelan-pelan, minimarket pulih juga," sebut Budihardjo.


(hoi/hoi)
Saksikan video di bawah ini:

Video: OECD Pangkas Proyeksi Ekonomi RI - Australia Terancam Resesi