Internasional

Bosan 'Dipukul' Ukraina, Putin Mau Genjot Produksi Senjatanya

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
26 October 2022 20:24
Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara selama pertemuan di kompleks industri militer di Kremlin, 20 September 2022, di Moskow, Rusia. (Getty Images/Contributor)
Foto: Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara selama pertemuan di kompleks industri militer di Kremlin, 20 September 2022, di Moskow, Rusia. (Getty Images/Contributor)

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Rusia Vladimir Putin telah mendesak para pejabatnya untuk memotong birokrasi agar pasukannya di Ukraina mendapatkan senjata dan pasokan yang cukup. Desakan muncul saat Rusia menghadapi penundaan produksi militer dan peningkatan kerugian di medan perang.

Kekurangan pasokan militer Rusia dalam perang dengan Ukraina selama delapan bulan terakhir telah begitu terasa sehingga Putin harus membuat struktur untuk mencoba mengatasinya.

Pada Selasa (25/10/2022), Putin mengetuai komite baru yang dirancang untuk mempercepat produksi dan pengiriman senjata serta pasokan untuk pasukan Rusia. Ia menekankan perlunya mendapatkan tempo yang lebih tinggi di semua bidang.

Laporan lain menunjukkan bahwa pasukan Rusia makin dipaksa untuk menggunakan peralatan lama, yang terkadang tidak dapat diandalkan. Beberapa pasukan yang baru dimobilisasi juga telah dilarikan ke garis depan dalam perang dengan sedikit pelatihan.

Rusia sendiri dilaporkan telah memobilisasi banyak orang untuk berperang di Ukraina dan belum dilengkapi dengan peralatan dasar yang memadai, seperti peralatan medis dan jaket anti peluru, dan telah harus mencari perbekalan sendiri.

Untuk menggantikan senjata presisi jarak jauh buatan Rusia yang semakin langka, Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan Rusia kemungkinan akan menggunakan sejumlah besar drone untuk mencoba menembus pertahanan udara Ukraina.

"Amunisi artileri Rusia hampir habis," kata kementerian itu dalam sebuah laporan pada hari Selasa, mengutip Al Jazeera.

Institut Studi Perang yang berbasis di Washington DC mengatakan bahwa tempo lebih lambat serangan udara, rudal, dan pesawat tak berawak Rusia mungkin cermin penurunan persediaan rudal dan pesawat tak berawak dan efektivitas serangan yang terbatas untuk mencapai tujuan militer strategis negaranya.

Terlepas dari masalah pasokan, militer Rusia telah menimbulkan kerusakan besar dan korban besar di Ukraina, menghancurkan rumah, bangunan umum, dan jaringan listrik Ukraina. Bank Dunia memperkirakan kerusakan di Ukraina sejauh ini mencapai 350 miliar euro.

Menurut PBB, dari awal serangan Rusia pada 24 Februari hingga awal Oktober, tercatat 15.246 korban sipil di Ukraina. Dari jumlah tersebut, 6.114 orang tewas dan 9.132 terluka. Sekitar 7,7 juta orang Ukraina telah meninggalkan negara itu dan sekarang hidup sebagai pengungsi di seluruh Eropa.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rusia Terdesak di Ukraina, Putin Jualan Senjata 'Mematikan'

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular