Rupiah Ambyar, Harga BBM Pertalite November Bakal Naik?

Firda Dwi Muliawati, CNBC Indonesia
Senin, 24/10/2022 18:45 WIB
Foto: Sejumlah warga mengantre untuk melakukan pengisian BBM di SPBU Pertamina di Kawasan Ciputat , Tangeran Selatan, Senin (17/10/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah masih ambyar, nilai tukarnya terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kian melemah. Tercatat, pada perdagangan Senin (24/10/2022) ini nilai kurs rupiah berada di level US$ 15.600-an per dolar AS.

Melemahnya kurs rupiah terhadap dolar AS ini tentunya bikin was-was. Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di dalam negeri terancam naik apabila kurs rupiah terus melemah. Maklum, nilai tukar rupaih terhadap dolar AS menjadi satu komponen dalam penentu harga BBM di dalam negeri. 

Seperti yang diketahui, dalam perubahan APBN 2022 kurs rupiah dipatok sebesar Rp 14.450 per US$, itu jauh lebih kecil ketimbang kurs rupiah saat ini yang mencapai level Rp 15.572 per US$ pada hari ini.


Lantas, mampukah harga BBM subsidi Pertalite bertahan dengan kondisi rupiah yang kian melemah?

Peneliti Institute For Development of Economics and Finance (INDEF), Abra Talattov menilai, selisih antara asumsi kurs dalam APBNP 2022 dengan yang terjadi sekarang sudah sebesar 8%. Namun di sisi lain, pelemahan kurs rupiah dibarengi dengan pelemahan harga minyak mentah dunia (ICP) yang berada di bawah asumsi US$100 per barel.

"Disparitas kurs hari ini atau kurs real dan asumsi potensi terus lebar dari posisinya saat ini 8%. Tapi di sisi lain ya, beruntungnya harga minyak mentah juga situasinya lagi melemah bahkan di bawah asumsi US$100 per barel," ujarnya kepada CNBC Indonesia, dikutip Senin (24/10/2022).

Abra memperhitungkan, pelemahan harga minyak mentah dunia ini bisa menjadi penyeimbang di kala kurs Rupiah yang anjlok. Pasalnya, asumsi harga minyak mentah US$100 per barel berbeda dengan harga saat ini sebesar US$84 per barel. Terdapat selisih sebesar 14%lebih rendah dibandingkan asumsi.

"Jadi lebih rendah 14% dibanding asumsi. Artinya memang secara net itu masih lebih besar selisih antara perbedaan harga ICP dengan asumsi dibandingkan kurs. Jadi sekarang ini faktor yang membuat harga keekonomian BBM masih relatif terjaga sampai hari ini karena ICP-nya masih terkendali," ungkapnya.

Namun keseimbangan antara kurs dan harga minyak mentah dunia ini perlu diperhatikan lebih lanjut. Abra mengingatkan jika kurs rupiah terus melemah dibarengi dengan harga minyak mentah dunia yang kian melesat tinggi, maka kemungkinan harga BBM subsidi akan kembali naik.

Hal tersebut didukung dengan negara OPEC+ yang memangkas produksi minyak dunia 2 juta per barel. Adapun respon Amerika Serikat dan data mengenai pasokan atau cadangan BBM dari AS justru membuat sentimen pasar memproyeksikan harga BBM ini akan kembali menguat.

"Nah ini pastinya akan punya risiko besar terhadap pergerakan harga BBM. Tentu harus diantisipasi pemerintah karena memiliki sensitivitas terhadap beban belanja subsidi dan kompensasi energi," tuturnya.

Asal tahu saja, pada Senin (24/10/2022) pukul 06.00 WIB harga minyak mentah Brent tercatat US$ 93,50 per barel, naik 1,21% dibandingkan posisi akhir pekan lalu. Sementara jenis light sweet atau West Texas Intermediate harganya US$ 85,05 per barel, turun 1%.

Sementara itu, nilai tukar (rupiah) terhadap dolar Amerika Serikat kini masih lesu, nyaris mendekati Rp 15.600 per US$.

Di awal perdagangan Senin (24/10/2022), rupiah dibuka pada level Rp 15.550 per US$, melansir data Refinitiv. Setelahnya, rupiah kembali melemah ke Rp 15.580 per US$ pada pukul 9:05 WIB.

Padahal, asumsi kurs dalam Perpres No.98 tahun 2022 ditetapkan sebesar Rp 14.450 per US$. Sedangkan,harga minyak mentah dipatok sebesar US$ 100 per barel.


(pgr/pgr)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Pertamina hingga Shell Kompak Turunkan Harga BBM