Waspada Kemarau Likuiditas Valas, Ekonomi RI Bisa Tertekan

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
24 October 2022 18:10
Ilustrasi Dollar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Dollar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Likuiditas valuta asing atau valas di dalam negeri terancam mengering. Hal ini tercermin pada pertumbuhan kredit valas yang melaju kencang, namun tak disertai dengan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) valas.

Bank Indonesia (BI) mencatat, pada September 2022, pertumbuhan kredit tumbuh double digit atau sebesar 18,1%, sementara pertumbuhan penghimpunan DPK valas hanya mencapai 8,4%.

BI juga memperkirakan dana asing yang keluar dari Indonesia atau net outflow pada Kuartal III-2022 diperkirakan akan mencapai US$ 2,1 miliar atau setara Rp 32,55 triliun (kurs Rp 15.500/US$).

Sejumlah ekonom mengungkapkan, antisipasi otoritas sangat dibutuhkan untuk mempertebal likuiditas valas di dalam negeri. Karena kalau tidak, akan berdampak signifikan untuk ekonomi Indonesia ke depan.

Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah mengungkapkan, dampak jika valas mengering akan berimbas kepada laju nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Nilai tukar rupiah dolar AS yang terus mengungat, akan mengakibatkan kurs rupiah bisa terperosok.

"Dampak utamanya pertama nilai tukar dollar terhadap rupiah akan terus menguat," jelas Piter kepada CNBC Indonesia, Senin (24/10/2022).

Pemenuhan pasokan barang baku dan barang modal yang dibutuhkan oleh pengusaha juga akan semakin mahal.

"Akan mengganggu kegiatan impor.. Barang2 impor akan terdorong naik," jelas Piter. Jika kemudian produsen meningkatkan harga tersebut kepada harga konsumen, maka inflasi tak terelakan juga ikut terkerek.

"Ketatnya likuiditas valas tidak boleh dibiarkan berlarut-larut karena akan mengganggu impor dan perekonomian secara keseluruhan," kata Piter lagi.

Senada juga disampaikan oleh Kepala Ekonom BCA David Sumual. David bilang, ketatnya valas di dalam negeri akan berimbas terhadap balance sheet perusahaan yang memiliki utang dalam bentuk valas.

"Kebutuhan sektor rill, perusahaan yang membutuhkan bahan baku dari impor akan kesulitan menjalankan operasinya," jelas David.

"Perusahaan yang mempunyai utang dalam valas juga akan kesulitan," kata David lagi.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Misteri Kelangkaan Dolar AS di RI, Bagaikan Musim Kemarau!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular