Suku Bunga Naik, Deposito Warga RI di Bank Langsung Melonjak

Maesaroh, CNBC Indonesia
24 October 2022 14:30
Uang Rupiah Baru (Dok BI)
Foto: Uang Rupiah Baru (Dok BI)

Jakarta, CNBC Indonesia - Jumlah simpanan berjangka atau deposito berjangka melalui penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) terus melonjak dalam tiga bulan terakhir. Deposito berjangka masyarakat RI di perbankan bahkan tumbuh dua kali lipat dibandingkan pertumbuhan pada bulan sebelumnya.

Merujuk pada data Bank Indonesia (BI), penghimpunan DPK perbankan baik giro, tabungan, dan simpanan berjangka pada September 2022 menyentuh Rp 7.423,2 triliun atau naik 7,7% (year on year/yoy). Pertumbuhan tersebut lebih rendah dibandingkan pada Agustus yakni 8,2%.

Jumlah tabungan pada September menembus Rp 2.545 triliun atau naik 10% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih rendah dibandingkan pada bulan sebelumnya 10.6% (yoy).
Jumlah giro naik 15,7% (yoy) pada September menjadi Rp 2.109,6 triliun, melambat dibandingkan dengan pertumbuhan Agustus yang tercatat 17,7%.


Sementara itu, simpanan berjangka di Indonesia menembus Rp 2.768,5 triliun pada September 2022, naik 0,4% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (yoy).
Data tersebut menunjukkan pertumbuhan tahunan simpanan berjangka bahkan mengalami perubahan yang drastis.

Simpanan berjangka atau deposito berjangka masih terkontraksi 1% pada Juni 2022 sementara pada Juli terkontraksi 0,3%. Simpanan berjangka pada Agustus 2022 tumbuh 0,2% dan pada September kenaikannya menembus dua kali lipat menjadi 0,4%.



Secara nominal, jumlah simpanan berjangka Indonesia bertambah Rp 28,9 miliar pada September 2022 dibandingkan Agustus 2022.

Kenaikan simpanan berjangka, terutama terhadi pada valuta asing (valas). Simpanan berjangka rupiah naik stagnan 0,3% (yoy) pada September menjadi Rp 2.449,6 triliun. Sementara itu, simpanan berjangka valas tumbuh 1,5%( yoy). Pertumbuhan ini berbanding terbalik dengan kondisi pada Agustus di mana simpanan berjangka valas terkontraksi 1,2% (yoy).

"Simpanan berjangka tumbuh 0,4% (yoy) pada September sejalan dengan perkembangan suku bunga simpanan berjangka," tulis Bank Indonesia dalam laporannya Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi.

Dalam catatan BI, suku bunga simpanan berjangka tercatat meningkat di seluruh tenor. Pada tenor 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan, dan 24 bulan masing-masing tercatat sebesar 2,98%, 3,06%, 3,28%, 3,52%, dan 4,01%.


Pada Agustus, suku bunga pada tenor tersebut masing-masing sebesar 2,89%, 3,0%, 3,23%, 3,30%, dan 3,49%.

Seperti diketahui, Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan sebesar 125 bps dalam tiga bulan terakhir. Suku bunga naik sebesar 25 bps pada Juli, 50 bps pada Agustus, dan 50 bps pada September.


Sementara itu, BI mencatat uang beredar luas (M2) tumbuh 9,1% (yoy) pada September menjadi Rp 7.962,7 triliun. Pertumbuhan tersebut adalah yang terendah sejak September 2021 atau dalam setahun terakhir. M2 terdirid ari uang beredar dalam arti sempit (M1) dan uang kuasi.

Pertumbuhan uang beredar dalam arti sempit1 (M1) mencapai 13,5% (yoy) menjadi Rp 4.487,5 triliun atau lebih rendah dibandingkan Juli (13,79%).

Uang kuasi tumbuh sebesar 3,8% (yoy) pada September menjadi Rp 2.166,7 triliun. Pertumbuhan lebih rendah dibandingkan pada Agustus yakni 4,6% (yoy).

BI juga mencatat kredit pada September 2022 tumbuh 10,8% (yoy) menjadi Rp 6257,1 triliun, naik dibandingkan Agustus yang tercatat 10,3% (yoy).

Kenaikan terjadi di kredit korporasi sementara pada kredit perorangan melambat. Kredit korporasi tumbuh 12,7% (yoy) pada September, melonjak dibandingkan pada Agustus yag tercatat 11,5%. Kredit perorangan melambat dari tumbuh 10,4% pada Agustus menjadi 10,3% pada September.

Dari jenis penggunaanya, kenaikan pertumbuhan dicatatkan di seluruh sektor. Kredit modal kerja tumbuh 12,2% pada September dari Agustus yang tumbuh 12%.

Pertumbuhan kredit investasi meningkat dari 9,9% pada Agustus menjadi 10,2% pada September. Sementara itu, kredit konsumsi tumbuh 8,7% pada September dari 8,1% pada Agustus.

Data BI juga menunjukkan kredit properti melonjak 6,5% pada September dari tumbuh 5,4% pada Agustus. Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredir Pemilikan Apartemen (KPA) tumbuh stagnan sebesar 7,7% pada September.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Bunga Deposito Tinggi Marak, Nasabah Untung Atau Rugi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular