Rupiah Anjlok, Harga BBM November Naik? Ini Kata Menteri ESDM

Firda Dwi Muliawati, CNBC Indonesia
Jumat, 21/10/2022 14:36 WIB
Foto: Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif dalam acara uji coba dan uji jalan atau road test kendaraan dengan bahan bakar biodiesel campuran minyak sawit 40% (B40) di Gedung Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jakarta, Rabu, (27/7/2022). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kini semakin anjlok. Bahkan pada pertengahan perdagangan hari ini, Jumat (21/10/2022), nilai tukar rupiah telah menyentuh level Rp 15.600 per US$.

Mengacu pada data Refinitiv, rupiah stagnan pada pembukaan perdagangan di Rp 15.570 per US$. Sayangnya, rupiah kembali tertekan sebesar 0,19% ke Rp 15.600 per US$ pada pukul 11:10 WIB. Posisi tersebut menjadi yang terendah sejak 15 April 2020.

Semakin melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ini bisa berpengaruh terhadap harga jual Bahan Bakar Minyak (BBM) di dalam negeri. Pasalnya, kurs merupakan salah satu faktor penentu harga BBM di Tanah Air.


Pada perubahan APBN 2022 sesuai Peraturan Presiden No.98 tahun 2022, kurs dipatok sebesar Rp 14.450 per US$.

Lantas, apa artinya pemerintah bakal kembali menaikkan harga jual BBM khusus penugasan seperti Pertalite pada November mendatang?

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif buka suara terkait hal ini. Dia mengakui harga BBM dipengaruhi oleh banyak hal, termasuk harga minyak yang dibayangi situasi perekonomian global.

Namun demikian, untuk harga jual BBM Pertalite di November mendatang menurutnya tidak akan dinaikkan.

"Nggak," saat ditanya apakah harga BBM subsidi seperti Pertalite di November bakal naik lagi, di Kementerian ESDM, Jumat (21/10/2022).

Dia menjelaskan, harga BBM ini sangat dipengaruhi oleh situasi global penuh ketidakpastian yang juga berdampak pada harga minyak dunia. Beberapa waktu lalu harga minyak sempat turun ke US$ 84 per barel, namun naik lagi ke US$ 94 per barel, dan kini sempat turun lagi.

"Karena konflik ini belum berakhir dan sesudah konflik ini berakhir belum tentu normal. Kalau bisa turunkan demand tidak ada, orang gak mampu beli, pom bensinnya kosong. Di Eropa juga kan pada kosong, makanya kita harus bisa mempercepat konversi energi. Di kita kan konsumsi terbanyak kan di sektor transportasi," tuturnya.

Seperti diketahui, harga BBM jenis Pertalite telah dibanderol sebesar Rp 10.000 per liter sejak 3 September 2022 lalu.

Namun ternyata, meski telah mengalami kenaikan dari sebelumnya dipatok sebesar Rp 7.650 per liter, ternyata harga asli atau keekonomian bensin Pertalite ini masih lebih besar dari harga yang dijual ke masyarakat.

Pada akhir Agustus 2022 lalu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut, harga keekonomian Pertalite seharusnya telah mencapai Rp 14.450 per liter. Harga tersebut dengan asumsi harga minyak mentah Indonesia (ICP) sebesar US$ 105 per barel, nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sebesar Rp 14.700.

Pada APBN 2022 awal, harga minyak mentah Indonesia (ICP) dipatok sebesar US$ 63 per barel. Lalu, diubah menjadi US$ 100 per barel. Kini, harga minyak memang cenderung menurun di bawah US$ 100 per barel, namun masih berada pada posisi tinggi di kisaran US$ 90 per barel.

Pada Kamis (20/10/2022) harga minyak mentah dunia tercatat US$ 92,38 per barel, turun tipis 0,03% dibandingkan posisi sebelumnya. Sementara jenis light sweet atau West Texas Intermediate naik 0,5% ke US$ 85,98 per barel.


(wia)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Bahlil Ingatkan Indonesia Jangan Kena Kutukan Sumber Daya Alam