Jalan Berliku si Paling Komunis Jadi Presiden China 3 Periode
Jakarta, CNBC Indonesia -Xi Jinping, 69 tahun, adalah pemimpin besar ketiga di China sekarang. Setara dengan sang pendiri partai, ketua Mao Zedong (1949-1958), dan sang reformis 'kapitalis' Deng Xiaoping (era 1970-an hingga 1990-an).
Dia hampir dipastikan akan menjadi presiden untuk periode ketiga kalinya, pada kongkres nasional Partai Komunis China (PKC) yang berlangsung sejak tanggal 16 Oktober, hingga besok (22 Oktober). Kongres ini, sekedar 'basa-basi' formalitas untuk meresmikan Jinping kembali memimpin China.
Kongres dihadiri, 2.296 delegasi yang mewakili 97 juta anggota PKC. Agendanya untuk menetapkan target startegis partai, memilih presiden dan sejumlah posisi penting lain di organisasi. Di China, hanya ada satu partai saja dan berkuasa, PKC.
Sosok Jinping sangat fenomenal, di tangannya China menjadi kekuatan adidaya tidak hanya di sektor ekonomi melainkan juga teknologi, militer hingga politik global. Ia menjadikan China mesin pertumbuhan, dan menjadi kekuatan perekonomian terbesar kedua setelah Amerika Serikat.
Dia meremajakan kembali China melalui trobosan-trobosan besar, seperti mengurangi peran perusahaan pelat merah dan memperbanyak peran swasta, memerangi polusi udara, hingga mega proyek miliaran dolar One Belt One Road atau jalan sutera.
Jinping juga dibalik srategi ambisius "Made in China 2025," pada 2015 untuk menjadikan China sebagai pusat revolusi industri 4.0 dunia. Hasilnya, kini China menjadi kekuatan besar teknologi dunia yang ditakuti Amerika Serikat dan Eropa.
Di dalam negeri, Jinping telah mengembalikan wibawa dan wajah otoriter pemimpin negara seperti era Ketua Mao.
Dia membuka kamp konsentrasi di Xinjiang yang memaksa jutaan muslim etnis Uygur dan entis minoritas lain untuk masuk kelas re-edukasi, guna di didik paham dan nilai komunis. Program ini di duga oleh aktivis HAM melanggar hak asasi manusia karena diduga menggunakan kekerasan.
Di bawah komando Jinping, China juga memperkuat cengkraman di daerah istimewa Hong Kong, dan hendak mencapok kembali Taiwan dengan cara apapun. Klaim China untuk Laut China Selatan juga semakin besar, dan mengusik negara tetangga, termasuk Indonesia.
Jinping adalah kombinasi khas gaya otoriter Mao dalam politik, dan si reforman Deng dalam ekonomi. Bahkan, dia melampaui keduanya, dengan pengaruh besarnya mampu mengubah konstitusi China pada 2018 guna menghapus batas maksimal kepemimpinan presiden dua periode, yang sudah ada sejak 1990.
Ini adalah jalan yang sudah dipersiapkannya menjadi pemimpin China hingga akhir hayat. Dia si 'paling komunis' dari semua pemimpin China yang pernah ada.
Lahir dari Keluarga 'Borjuis" Komunis
Dia lahir di Ibu Kota Beijing, pada 15 Juni 1953, sebagai anak kedua dari veteran revolusi China XI Zhongxun, salah satu pendiri Partai Komunis China. Ibunya bernama Qi Xin. Jinping memiliki dua kakak perempuan, Qiaoqiao lahir 1949 dan An'an lahir1952.
Mulanya, kehidupan Jinping tak ubahnya seperti putra mahkota. Ayahnya menempati pos-pos bergengsi di partai dan pemerintahan, seperi ketua partai bidang propaganda, asisten perdana menteri hingga ketua kongkres rakyat ke-3.
Dia belajar di sekolah elit di Beijing hingga 1960-an. Disanalah dia berteman baik dengan Liu He, yang kelak menjadi wakil perdana menteri, dan teman dekat dan penasehat Jinping saat mendaku puncak karir.
Kehidupan Jinping berbalik 180 derajat saat dia berusia 10 tahun. Sang ayah di curigai partai menentang agenda Revolusi Kebudayaan yang dicetuskan Ketua Mao. Keluarga Jinping menjadi bagian dari banyak pejabat partai yang tiba-tiba menjadi pesakitan.
Pada 1966 itu, Revolusi Kebudayaan menghapus sekolah menengah tempat Jinping bersekolah, dan bahkan sejumlah militan gerakan revolusi menggeledah rumah Jinping, dimana ada insiden bunuh diri-atau dibunuh-saudara perempuan Jinping.
Keluarga Jinping divonis sebagai musuh besar revolusi, hingga pada puncaknya ayah Jinping dipenjara saat dia berusia 15 tahun. Jinping lantas dikirim untuk program kerja di Desa Liangjiahe, Wen'anyi, Yanchuan pada 1969, untuk menjalankan program revolusi kebudayaan Mao. Yakni gerakan kembali ke desa. Di sana dia bebekerja sebagai sekretaris partai tingkat desa, dan diceritakan tinggal di sebuah gua.
Jinping tak tahan miskin, hanya beberapa bulan di sana, dia melarikan diri ke Beijing. Namun, dia berhasil ditangkap karena dianggap desertir dan dikirim ke kamp kerja untuk menggali parit, sebelum akhirnya dikembalikan lagi ke desa. Jinping menghabiskan tujuh tahun umurnya di sana.
Tetapi penderitaan masa remaja membuat Jinping menjadi sosok yang kuat secara pribadi dan politik. Nasibnya berubah berkat kegigihan. Setelah ditolak tujuh kali, Jinping akhirnya bisa bergabung dengan Liga Pemuda Komunis China pada 1971, melalui pertemanannya dengan seorang pejabat lokal. Perlahan nasib naik menghampirinya.
Berkat program reunifikasi yang digaungkan perdana menteri Zhou Enlai, dia bisa berkumpul dengan sang ayah. Pada 1974, setelah mendaftar lebih dari sembilan kali, Jinping akhirnya di terima masuk sebagai anggota Partai Komunis China.
Era itulah ia mulai mengupgrade diri dengan menjadi mahasiswa di Universitas Tsinghua, jurusan teknik. Dia juga mendalami ilmu per-komunisan dan menjadi aktivis kiri tulen.
Mewujudkan Takdir Yang Tertunda
Perjalanan hidup Jinping memang seperti skenario film; lahir kaya, kecil-remaja sengsara-menderita, dewasa dan tua jaya raya. Titik balik itu ada pada saat ia kembali bertemu ayahnya. Pada 1979, dia menjadi sekretaris mantan bawahan ayahnya, Geng Biao yang menjabat wakil perdana menteri dan sekretaris jenderal Komisi Sentral Militer, (CMC).
Setelah merintis dari posisi sekretaris partai di Kabupaten Zhengding, karir Jinping menanjak sebagai pemimpin partai di empat regional. Mulai dari Hebei (1982-1985), Fujian (1985-2002), Zhejiang (2002-2007), dan Shanghai (2007). Pada 1997, ia diangkat sebagai anggota pengganti Komite Sentral ke-15 PKC, meski dengan status cadangan.
Pada awal millennium, Jinping menjadi gubernur Fujian. Pada 2002, ia terpilih sebagai anggota penuh Komite Pusat ke-16 yang menandai karirnya pada panggung nasional. Kepopuleran Jinping diraup oleh prestasinya memimpin Zhejiang, dimana daerah itu mencatatkan pertumbuah di atas rata-rata nasional, sebesar 14% per tahun.
Popularitasnya semakin menanjak atas sikap keras dan lugas terhadap pejabat korup. Ini membuatnya mendapatkan nama di media nasional dan menarik perhatian para pemimpin top China. Dialah yang menggaungkan hukuman mati bagi koruptor di China.
Lompatan karirnya terjadi pada 2007, setelah skandal korupsi di pejabat teras di Shanghai mengemuka, dan menempatkannya sebagai pengganti. Dia juga pintar mengambil simpati publik, dengan menampilkan hidup yang biasa saja, dan enggan menggunakan fasilitas wah pejabat. Ini membuatnya menjadi sorotan media, dan memudahkan jalannya menjadi pemimpin besar China.
Pada tahun itu, ia terpilih menjadi satu dari sembilan anggota standing committee politbiro PKC, semacam dewan pengarah, organ tertinggi partai. Disinilah ia digadang-gadang menjadi pengganti Hu Jintao, sekretaris jenderal PKC sejak 2002 dan presiden sejak 2003. Posisi menjadi calon pemimpin masa depan China benar-benar di kunci setelah ia terpilih menjadi wakil presiden pada Maret 2008.
Pada kongkres nasional PKC ke 18 pada 2012, Jinping kembali terpilih menjadi anggota politbiro, dan terpilih menjadi sekretaris jenderal partai menggantikan Hu Jintao. Pada akhirnya, takdir yang sebagai pemimpin diberikan kepadanya, ia terpilih menjadi presiden pada kongkres bulan Maret 2013.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mum/mum)