
Tiba-Tiba Rusia Peringatkan PBB, Kenapa Lagi Putin?

Jakarta, CNBC Indonesia - Rusia melemparkan peringatan kepada PBB. Negeri Presiden Vladimir Putin meminta lembaga itu, tidak menyelidiki dugaan serangan pesawat tak berawak (drone) buatan Iran di Ukraina.
Sebelumnya Ukraina dan Barat melaporkan penggunaan drone Kamikaze, dalam serangan terbaru yang dilancarkan Rusia ke kota-kota Ukraina sejak awal pekan ini. Sama dengan Rusia, Iran juga menyangkalnya.
Diplomat Rusia Dmitry Polyanskiy menyebut hal tersebut tak berdasar. Ia menyebutnya teori konspirasi.
Menurutnya itu bukan Kamikaze melainkan UAV, milik Rusia. Ada bukti geranium tertulis di pesawat tak berawak itu.
"UAV yang digunakan oleh tentara Rusia di Ukraina diproduksi di Rusia," tegas Polyanskiy kepada wartawan di luar Dewan Keamanan, mengutip AFP, Kamis (20/10/2022).
"Saya akan merekomendasikan agar Anda tidak meremehkan kemampuan teknologi industri drone Rusia," tambahnya.
"Tim (PBB) tidak memiliki mandat untuk melakukan investigasi. Itu bukan bagian dari komite sanksi. Jadi ini sama sekali tidak profesional dan politis," kecamnya memperingatkan penyelidikan PBB.
Utusan Iran untuk PBB, Amir Saeid Iravani, juga menolak klaim. Menurutnya itu sungguh tidak berdasar.
"Teheran justru menginginkan resolusi damai perang," ujarnya.
Diketahui, Amerika Serikat (AS), Prancis, dan Inggris mengadakan pertemuan tertutup di Dewan Keamanan PBB mengenai dugaan penjualan Kamikaze di Rusia. Mereka menggambarkannya sebagai pelanggaran aturan pembatasan senjata PBB terhadap Iran.
Uni Eropa (UE) dan AS mengatakan memiliki bukti bahwa Iran memasok Kamikaze tenis Shahed-136. Penggunannya telah menewaskan lima nyawa di kota Kyiv serta menghancurkan sejumlah infrastruktur sipil Ukraina.
Sementara itu, Ukraina sendiri memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran. Dengan menunjukkan gambar-gambar, bekas Uni Soviet itu mengatakan militernya telah menembak jatuh lebih dari 220 Kamikaze dalam waktu kurang dari sebulan.
Tuduhan transfer senjata itu terjadi ketika Iran menghadapi tekanan yang meningkat atas tindakan kerasnya terhadap protes terbesar dalam beberapa tahun. Protes dipicu oleh kematian Mahsa Amini, perempuan berusia 22 tahun yang ditahan oleh polisi moral negara.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dunia Kecam Serangan Rusia Ke Ukraina