Ditemukan Tak Sengaja, 2 Harta Karun Jepang di RI Misterius

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
20 October 2022 12:25
Ilustrasi box harta karun. (Dok: Freepik)
Foto: Ilustrasi box harta karun. (Dok: Freepik)

Jakarta, CNBC Indonesia - Penemuan harta karun selalu penuh misteri dan biasanya ditemukan sengaja. Hal ini terjadi pada harta karun peninggalan masa pendudukan Jepang di Indonesia yang hanya 3,5 tahun.

Beberapa catatan literatur mengungkapkan saat Jepang meninggalkan Indonesia, para tentara mereka banyak meninggalkan benda-benda berharga, ada yang akhirnya ditemukan tak sengaja atau bahkan masih misterius.

Harta Karun Nakamura

Kapten Hiroshi Nakamura, disebut Ben Anderson dalam Revoloesi Pemoeda (1988:88) sebagai perwira di bagian perencanaan markas tentara Jepang di Jakarta yang pada 1945, ketika keadaan tidak jelas, telah melakukan penggarongan dari sebuah badan milik negara. Kala itu kondisi Indonesia sedang kacau. Perampokan itu terjadi ketika fokus orang Indonesia terpaku pada Proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, hingga aksi Nakamura dkk tidak terendus kebanyakan orang Indonesia.

Harta karun Nakamura itu, menurut catatan koran De locomotief (01-08-1948) bersumber dari sebuah pegadaian di Jakarta. Nilai hasil rampokan emas Nakamura itu diperkirakan mencapai 10 hingga 80 juta gulden. Terkait perampokan itu, Musa Dahlan dalam Rampok (2012) menyebut Nakamura memperalat dua orang serdadu Jepang dan seorang supir asli Indonesia, dengan mobil sebuah truk, ketiganya tidak tahu bahwa mereka terlibat perampokan.

pegadaian di Kramat Jakarta itu emas 960 kg disikat Kapten Nakamura. Emas-emas itu dibawa ke rumah dinas Kapten Nakamura. Carla Wolff yang serumah dan telah memberi dua anak untuk Nakamura itu, disebut Dahlan, ikut mengutil lalu menghambur-hamburkan sebagian hasil jarahan Nakamura itu.

"Saya lebih kaya dari Ratu, saya akan tidur di ranjang emas dan tamu saya akan makan dari piring emas," ujar Carla Wolff ketika menikmati emas-emas jarahan Nakamura itu. Nakamura kemudian menyembunyikan sebagian besar harta karun yang sudah tidak utuh lagi itu, karena sebagian kecil terkutil gundiknya itu. Ada yang menyebut Nakamura lalu menguburkan emas-emasnya itu di daerah Menteng.

Bukan pihak Indonesia yang membongkar dan mengadili skandal emas Nakamura itu, karena RI terdesak ke Yogyakarta, tapi pemerintah Belanda yang menduduki Jakarta dan sekitarnya. Kapten Nakamura dan Carla Wolff kemudian diseret ke pengadilan setahun kemudian. Kemudian Kapten Morton dari tentara Inggris dan Kolonel Nomura juga diseret ke pengadilan.

Menurut Nomura, setelah memegang emas-emas itu dibawa ke Gunseikanbu, yang merupakan kantor panglima tertinggi Jepang di Jakarta. Dalam pengadilan Nomura menyatakan bahwa emas-emas tersebut adalah "milik nasional Jepang" karena merupakan hasil rampasan mereka dari pemiliknya adalah orang Tionghoa.

Kapten Morton diseret ke pengadilan karena telah membeli 20 kilogram emas hasil jarahan Nakamura itu. Namun, dengan cepat kemudian Kapten Morton dibebaskan. Di bulan Agustus 1946, Carla Wolff dipenjara selama 8 bulan dan belakangan dipekerjakan badan intel Belanda. Kapten Nakamura dapat hukuman berat karena perampokannya, masa penahanannya lebih lama daripada kebanyakan tentara Jepang di Indonesia. Sementara itu Kolonel Nomura yang memerintahkan Nakamura mengambil emas itu dari pegadaian juga mendapat hukuman berat.

Hasil jarahan yang diterimakan ke pihak berwenang pada 1946 hanya bernilai sekitar 1 juta gulden saja. Ada yang percaya, hasil rampokan itu lebih banyak dari yang diakui pelaku di pengadilan. Hingga muncul isu bahwa sebagian harta Nakamura masih tersimpan di sebuah tempat yang dirahasiakan.

Harta Karun Jepang di Bogor

Pada 1946 daerah Cigombong, dekat perbatasan Sukabumi-Bogor, Jawa Barat pernah ditemukan kiloan emas peninggalan Jepang. Operasi sapu bekas lokasi pendudukan Jepang di wilayah dipimpin oleh Perwira tertinggi yang menjadi komandan brigade TNI di sana adalah Letnan Kolonel (Letkol) Alex Evert Kawilawang.

"Kepada kami pernah diserahkan sebuah peti yang mulanya kami kira obat-obatan. Petinya besar sekali. Waktu dibuka ternyata isinya kondom," aku Kolonel Alex Evert Kawilawang dalam AE Kawilarang Untung Sang Merah Putih (1988:86).

Bersama penduduk lokal sekitar Cigombong kemudian tentara menggali-gali lahan di sekitar bekas lokasi tentara Jepang, berharap mendapatkan senjata untuk melawan tentara Belanda, beberapa kali mereka menemukan bom yang meledak.

"Eh kemudian Sersan Mayor Sidik bersama beberapa anggota polisi tentara dan rakyat menemukan sebuah guci besar. Setelah guci itu dibuka, mereka menemukan kaus kaki yang berisikan barang keras. Kaos kaki itu mereka buka satu persatu. Mereka kaget melihat isinya emas permata dan berlian yang sudah dicongkel-congkel gemerlapan," aku haji Priyatna Abdurrasyid: Dari Cilampani ke New York (2001:102).

Bukannya dibawa ke penadah, setelah membungkusnya kembali ke dalam guci, Sidik dkk melaporkannya ke Letnan Godjali. Si letnan juga tidak kalah jujurnya dengan Sidik dkk, si letnan malah melaporkannya langsung ke Letkol Kawilarang, yang bermarkas di Cicurug. Ketika barang itu berada di markas pasukan Kawilarang, beberapa orang tampak bernafsu kepada harta karun itu. Kawilarang yang kesal lalu ambil dua peti granat.

"Bapak-bapak mau berjuang lagi? ini untuk berjuang," kata Kawilarang kepada mereka sambil menyerahkan dua peti granat. Ketika orang yang bernafsu pada harta karun itu masih terlihat penasaran, Kawilarang sekali lagi bicara, "Ini untuk berjuang." Berharap agar orang yang bernafsu itu cepat pergi.

Kawilarang juga tidak berniat memilikinya, dia sempat menulis surat kepada Residen Bogor Moerdjani mengenai harta dalam guci itu. Menurut Kawilarang harta itu seharusnya berada menjadi urusan pejabat kementerian dalam negeri seperti Residen yang ada di Bogor. Residen bukannya menerima dan malah bilang kepada Kawilarang, "O, jangan kepada saya. Kirimkan saja kepada Kementerian Dalam Negeri." Maksudnya kepada pejabat tinggi kementerian dalam negeri di pusat.

Demi keamanan harta itu, Kawilarang segera memerintahkan kepada Letnan Godjali (dengan ditemani beberapa tentara muda) untuk menyerahkan harta penemuan Sidik dkk itu ke pemerintah pusat RI yang berada di Yogyakarta. Emas dan berlian itu sampai ke Yogyakarta dalam keadaan utuh. Di Yogyakarta emas itu diserahkan kepada kepada Mr Sumarman, Sekretaris Kementerian Dalam Negeri.

Nilai emas itu, menurut majalah Ekspres (29/09/1972), hampir mencapai Rp 6 miliar. Detilnya, harta karun itu berupa 7 kg emas dan 4 kg berlian, yang asalnya dari Perkebunan Pondok Gede, Bogor.

Berdasar laporan dari tim yang menyerahkan harta karun itu ke Yogyakarta, harta karun itu lalu diserahkan kepada Bank Negara Indonesia (BNI-46) di Yogyakarta. Direktur BNI-46 kala itu adalah Raden Mas Margono Djojohadikusumo, kakek dari Menteri Pertahanan RI saat ini.

Setelah puluhan tahun berlalu, ada sekitar 15 orang yang mengaku sebagai penemu emas dan berlian itu mendatangi Menko Polkam era orde baru. Sersan Mayor Sidik, menurut Priyatna juga menanyakan kemungkinan adanya hadiah atas penemuan emas dan berlian itu. Sidik tak mendapat apa-apa atas penemuannya.

-------

Naskah ini merupakan kumpulan dari naskah CNBC Insight, lengkapnya di sini.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harta Karun Emas Jepang & Kerajaan Tak Sengaja Ditemukan!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular