Mantan Anggota DPR Rusia Bongkar Kondisi Mental Putin
Jakarta, CNBC Indonesia - Seorang mantan politisi Rusia, Mark Feygin, mengatakan bahwa serangan yang diluncurkan negara itu ke Ukraina tidak mengalami kemajuan pesat. Hal ini bahkan mempengaruhi sikap Presiden Rusia, Vladimir Putin.
Feygin, yang pernah menjadi anggota majelis rendah Rusia, Duma, mengatakan untuk pertama kali dalam kariernya, Putin mendapati dirinya berada dalam kondisi tanpa jalan keluar yang jelas. Ia menggambarkan situasi ini layaknya rawa yang sulit untuk dilewati.
"Ia memasuki dekade kedelapan hidupnya, dan kondisi psikologisnya tidak baik. Dia agak paranoid sekarang, dan dia melihat atau berharap bahwa lingkaran dalamnya sendiri, orang-orangnya sendiri, dapat bersukacita sampai tingkat tertentu bahwa kegagalan ini terjadi," ujarnya kepada Newsweek, Selasa (18/10/2022).
"Ia melihat musuh di mana-mana, dan kondisinya tidak membaik. Ia melihat bahwa itu adalah ancaman yang pasti bagi masa depan politiknya."
Feygin menjelaskan bahwa saat ini Putin bergerak tanpa mengetahui arah yang jelas. Pasalnya, harapan yang diberikan pada angkatan bersenjatanya tidak terwujud dengan baik.
"Dia ingin itu menjadi serangan kilat. Para jenderalnya meyakinkannya bahwa itu akan menjadi operasi yang mudah. Sejak runtuhnya poros utara invasi Rusia yang memalukan di musim semi, Kremlin telah mencoba dan gagal untuk merebut kembali momentum."
"Sering kali selama kampanye ini, tujuan perang ini diubah. Ia juga mengganti jenderal, ia mengganti komandannya di garis depan, ia mengubah tanggal ... ia sekarang dengan panik mencari sekutu baru di Asia dan Timur Tengah," paparnya lagi.
Dengan situasi seperti ini, Feygin menyebut Putin sedang berusaha untuk berkomunikasi dengan Barat agar dapat menyakinkan emapt wilayah yang dikuasai hari ini adalah milik Moskow. Ia menggunakan jalur komunikasi seperti melalui Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan untuk tujuan itu.
"Jika Ukraina merebut kembali atau menahan pasukan Putin dari empat wilayah bahkan tanpa merebut Krimea, itu kemungkinan besar akan menghancurkan rezim Putin," tambah Feygin.
"Mereka tidak tahu bagaimana menghadapi kekalahan. Kemungkinan besar, tidak mungkin Putin akan selamat dari kekalahan semacam itu, baik secara politik maupun pribadi."
Militer Putin sendiri telah mengalami kemunduran dalam apa yang disebut dengan 'operasi militer' di Ukraina. Terbaru, Moskow harus mundur dari Lyman yang terletak di wilayah Kharkiv dan juga melepas beberapa wilayah yang dikuasai sekitar Kherson.
Kondisi ini juga juga akhirnya diikuti perintah mobilisasi parsial yang dikeluarkan Putin untuk warga dan bisnis Rusia. Ini akan menempatkan negara itu dalam posisi perang serta menambah personel yang didapat dari komponen cadangan.
(luc/luc)