Internasional
Putin Janji Segera Akhiri Wajib Militer, Rusia Menyerah?

Jakarta, CNBC Indonesia - Rusia berencana mengakhiri proses wajib militer secepatnya, paling lambat dalam dua pekan.
Presiden Vladimir Putin berjanji akan mengakhiri mobilisasi yang memecah belah yang telah mengakibatkan ratusan ribu orang dipanggil untuk berperang di Ukraina.
Mengutip Reuters, Putin juga mengatakan Rusia saat ini tidak memiliki rencana serangan udara yang lebih besar seperti yang dilakukan pekan ini, di mana Ia menembakkan lebih dari 100 rudal jarak jauh ke sasaran di seluruh Ukraina.
Putin memerintahkan mobilisasi tiga minggu lalu merupakan bagian dari tanggapan atas kekalahan Rusia di medan perang. Ia juga telah memproklamirkan pencaplokan empat provinsi Ukraina yang diduduki sebagian dan mengancam akan menggunakan senjata nuklir.
Rusia melihat tanda-tanda kritik publik terhadap pihak berwenang sejak perang dimulai dan para pejabat telah mengakui beberapa kesalahan. Anggota etnis minoritas dan penduduk pedesaan telah mengeluh direkrut dengan tarif yang lebih tinggi daripada etnis Rusia dan penduduk kota.
Putin mengatakan, garis depan terlalu panjang untuk bertahan hanya dengan tentara kontrak. Sebanyak 222.000 dari 300.000 cadangan yang diharapkan telah dimobilisasi. "Pekerjaan ini akan segera berakhir. Saya kira dalam dua minggu semua kegiatan mobilisasi akan selesai," ujarnya, dikutip Sabtu (15/10/2022).
Sejak perintah mobilisasi diberikan, pasukan Rusia terus kehilangan tempat di Ukraina timur dan selatan.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, dalam pidato video malamnya, sekali lagi mengatakan pasukan Ukraina akan merebut kembali semua wilayahnya.
"Ya, mereka masih memiliki orang untuk dilemparkan ke medan perang, mereka memiliki senjata, rudal, mereka memiliki Shahed (buatan Iran) yang mereka gunakan untuk melawan Ukraina," katanya.
"Mereka masih memiliki kemungkinan untuk meneror kota-kota kami dan semua orang Eropa, memeras dunia. Tetapi mereka tidak memiliki peluang untuk berhasil dan tidak akan memilikinya karena Ukraina sedang bergerak maju," lanjutnya.
Zelensky juga mengatakan dia telah berbicara dengan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman terkait kemungkinan untuk bekerjasama demi kepentingan negara dan rakyat kami. "Saya percaya bahwa hasil yang kami butuhkan adalah mungkin," imbuhnya.
Sementara pemerintah AS menuduh Saudi bersujud ke Rusia lantaran mengobarkan perang di Ukraina ketika kelompok produsen minyak OPEC+ yang dipimpinnya mengumumkan bulan ini akan memangkas target produksi minyaknya.
[Gambas:Video CNBC]
Zelensky Akhirnya 'Curhat' ke Warga RI, Ini Isinya
(luc/luc)