Rupiah Ambyar, Harga BBM Bisa Naik Lagi? Ini Kata Pertamina

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
Rabu, 12/10/2022 17:45 WIB
Foto: Kendaraaan mengisi BBM di salah satu SPBU Pertamina, Jakarta, Kamis (1/9/2022). PT Pertamina (Persero) resmi menurunkan tiga harga Bahan Bakar Minyak (BBM) non subsidi di seluruh provinsi mulai hari ini, Kamis, 1 September 2022. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Melemahnya nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bisa berdampak pada harga jual Liquefied Petroleum Gas (LPG) dan Bahan Bakar Minyak (BBM) di dalam negeri.

Pasalnya, penentuan harga jual kedua komoditas berbasis minyak ini juga ditentukan oleh faktor harga minyak mentah dan juga kurs. Ditambah lagi, Indonesia merupakan net importir minyak, sehingga mau tak mau harus membeli BBM maupun LPG dari luar negeri yang tentunya membutuhkan dolar AS.

Lantas, apa artinya PT Pertamina (Persero) sebagai badan usaha penyedia produk minyak tersebut akan mengubah harga jual BBM dan LPG dalam waktu dekat?


Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga Irto Ginting mengatakan bahwa Pertamina saat ini masih memantau pergerakan harga minyak mentah dan nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS.

"Kita masih monitor pergerakan harga minyak mentah dan kurs," kata Irto kepada CNBC Indonesia, Rabu (12/10/2022).

Dengan begitu, perusahaan belum dapat memastikan, apakah pada bulan November mendatang bakal melakukan penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) non subsidi dan LPG non subsidi. Mengingat, beberapa komponen untuk menghitung biaya produksi BBM dan LPG tersebut masih bergerak fluktuatif.

"Belum bisa kita pastikan, karena harganya minyak mentah, MOPS dan kursnya juga masih fluktuatif," kata dia.

Kurs rupiah sempat stagnan sebelum akhirnya terkoreksi di hadapan dolar AS pada pertengahan perdagangan Rabu (12/10/2022). Indeks dolar AS yang kembali perkasa menekan rupiah dan mayoritas mata uang di Asia.

Mengacu pada data Refinitiv, rupiah pada pembukaan perdagangan stagnan di Rp 15.355 per US$. Sayangnya, rupiah kembali terkoreksi sebanyak 0,16% ke Rp 15.380 per US$ pada pukul 11:00 WIB.

Sementara, berdasarkan data Bloomberg Rabu (12/10/2022), harga minyak jenis Brent untuk kontrak pengiriman Desember 2022 berada di level US$ 94,29 per barel.

Sedangkan harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman November 2022 berada di level US$ 89,19 per barel.

Seperti diketahui, melemahnya nilai mata uang rupiah terhadap dolar AS ini dinilai akan berimbas kepada komoditas-komoditas yang dibeli secara impor seperti BBM dan juga LPG.

Pasalnya, selama ini Indonesia menjadi negara net importir minyak mentah dan juga LPG.

Berdasarkan data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Indonesia mengimpor minyak mentah sekitar 350 ribu barel per hari (bph).

Sementara untuk impor BBM, berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mencapai lebih dari 20 juta kilo liter (kl). Pada 2021, impor BBM RI sebesar 22,09 juta kl, naik dari 20,87 juta kl pada 2020. Sementara pada 2019 sebelum pandemi impor BBM tercatat mencapai 24,72 juta kl.

Begitu pun dengan LPG, impor LPG RI dalam satu dekade telah menunjukkan peningkatan tiga kali lipat hingga mencapai 6,34 juta ton pada 2021. Adapun porsi impor LPG pada 2021 telah mencapai 74% dari total kebutuhan. Jumlah ini meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan porsi impor LPG pada 2011 yang "hanya" sebesar 46%.

Komoditas-komoditas yang menjadi kebutuhan masyarakat Indonesia itu dibeli dengan menggunakan dolar AS.

"Jadi, sangat berpengaruh lantaran penetapan harga BBM dan LPG salah satunya adalah kurs rupiah terhadap dolar AS," ungkap Pengamat Ekonomi dan Energi Universitas Gadjah Mada, Fahmy Radhi.

Fahmy menyatakan, pelemahan rupiah dolar AS akan menyebabkan harga BBM dan LPG di dalam negeri bisa menjadi semakin mahal. Dalam kondisi ini, jika tidak menaikkan harga BBM dan LPG itu, maka subsidi energi akan kembali membengkak.

"Jika harga tidak naik dalam kondisi tersebut, maka subsidi energi kembali membengkak," ungkap Fahmy.


(wia)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Pertamina Masih Akan Tingkatkan Pasokan BBM 5 Tahun Ke Depan