
Waspadalah Mr Putin! NATO Gelar Latihan Nuklir

Jakarta, CNBC Indonesia - Aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) akan melaksanakan latihan nuklir yang sudah direncanakan sebelumnya di tengah meningkatnya eskalasi perang Rusia dan Ukraina.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan kegiatan aliansi militer Barat itu akan berjalan sesuai rencana dengan latihan pencegahan nuklir rutin tahunannya, yang dijadwalkan akan diadakan pekan depan.
Latihan, yang dijuluki "Steadfast Noon" diadakan setiap tahun dan biasanya berlangsung selama sekitar satu minggu. Mereka melibatkan jet tempur yang mampu membawa hulu ledak nuklir, tetapi tidak melibatkan bom langsung.
Jet konvensional bersama dengan pesawat pengintai dan pengisian bahan bakar juga secara rutin ambil bagian.
Empat belas dari 30 negara anggota NATO bergabung dalam latihan tersebut, yang direncanakan sebelum Rusia menyerang Ukraina pada Februari lalu.
Bagian utama dari latihan akan diadakan lebih dari 1.000 km dari Rusia.
"Itu akan mengirimkan sinyal yang sangat salah jika kita tiba-tiba sekarang membatalkan latihan rutin yang sudah lama direncanakan karena perang di Ukraina. Itu akan menjadi sinyal yang salah untuk dikirim," kata Stoltenberg kepada wartawan pada malam pertemuan para menteri pertahanan NATO di Brussels, dikutip dari Al Jazeera, Rabu (12/10/2022).
"Perilaku NATO yang tegas dan dapat diprediksi, kekuatan militer kita, adalah cara terbaik untuk mencegah eskalasi," katanya.
"Jika sekarang kami menciptakan alasan untuk kesalahpahaman, kesalahan perhitungan di Moskow tentang kesediaan kami untuk melindungi dan membela semua sekutu, kami akan meningkatkan risiko eskalasi," tambah Stoltenberg.
Dengan mundurnya pasukan Rusia di bawah pukulan pasukan Ukraina yang dipersenjatai dengan senjata Barat, Presiden Rusia Vladimir Putin telah meningkatkan 'taruhannya' dalam konflik dalam beberapa pekan terakhir dengan mencaplok empat wilayah Ukraina dan mendeklarasikan mobilisasi parsial ratusan ribu pasukan cadangan untuk menopang garis depan yang rapuh.
Putin telah berulang kali mengisyaratkan bahwa dia dapat menggunakan senjata nuklir untuk membela negaranya.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan Moskow hanya akan menggunakan itu jika negara Rusia menghadapi kehancuran yang akan segera terjadi. Berbicara di TV pemerintah, dia menuduh Barat mendorong spekulasi palsu tentang niat Kremlin.
"Tindakan pembalasan eksklusif yang dimaksudkan untuk mencegah penghancuran Federasi Rusia sebagai akibat dari serangan nuklir langsung atau penggunaan senjata lain yang meningkatkan ancaman bagi keberadaan negara Rusia", kata Lavrov.
Adapun, NATO sebagai sebuah organisasi tidak memiliki senjata apapun. Senjata nuklir yang secara nominal terkait dengan NATO tetap berada di bawah kendali tegas tiga negara anggota: Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis.
Sementara itu, Stoltenberg menggambarkan komentar nuklir Putin sebagai sesuatu yang "berbahaya dan sembrono" dan menggarisbawahi bahwa sekutu juga telah menyampaikan dengan jelas kepada Rusia bahwa tindakan Rusia akan memiliki konsekuensi yang parah jika mereka menggunakan senjata nuklir dengan cara apapun.
"Kami memantau dengan cermat kekuatan nuklir Rusia," kata Stoltenberg. "Kami belum melihat perubahan apa pun dalam sikap Rusia, tetapi kami tetap waspada."
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Putin Siapkan Senjata Nuklir, Lebih Besar dari Punya NATO