Ngeri! Karena Ini, RI Bisa Diterpa Badai Lagi Tahun Depan

Firda Dwi Muliawati, CNBC Indonesia
11 October 2022 13:00
SPBU Pertamina (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: SPBU Pertamina (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia diprediksi bisa terkena hantaman badai ekonomi tahun depan, khususnya menyoal kenaikan harga minyak mentah dunia. Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menilai harga minyak mentah dunia yang terus mengalami kenaikan tentu akan berisiko untuk Indonesia pada tahun 2023.

Jika harga minyak mentah dunia konsisten naik, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun depan bisa nyungsep lagi. Karena seperti yang diketahui, harga minyak mentah dunia belakangan kembali melejit, pasca keputusan kelompok negara penghasil minyak yakni OPEC+ memutuskan untuk memotong produksi minyak mentah hingga 2 juta barel per hari (bph).

Abra memprediksi harga minyak mentah dunia bisa tembus lagi di angka US$ 100 per barel, hal itu apabila keputusan OPEC+ memangkas produksi minyak mentah dunia dijalankan secara konsisten dengan asumsi tidak adanya intervensi dari Amerika Serikat (AS).

Maksud dari intervensi AS, kata Abra, di mana AS tidak menggelontorkan tambahan suplai minyak. "Dan terbukti dengan rencana kebijakan pemangkasan OPEC+ ini harga minyak mentah sudah naik 4%. Jika Amerika tidak menggelontorkan tambahan suplai, yaitu tentu akan berdampak pada kenaikan harga minyak mentah kembali ke atas US$ 100 per barel," ungkap Abra.

Abra menilai, risiko asumsi kenaikan harga minyak mentah mencapai US$ 100 per barel akan berdampak pada beban APBN. Dampak lain yang bisa terjadi yaitu bertambahnya beban usaha seperti Pertamina dalam menyediakan pasokan BBM dalam negeri.

Maklum, berdasarkan Rancangan APBN 2023, angka asumsi harga minyak mentah Indonesia (ICP) berada di kisaran US$ 90 per barel. Penetapan angka asumsi ini dinilai moderat mengingat harga minyak mentah dunia berada di kisaran yang sama.

Namun asumsi tersebut, lanjut Abra, dapat mempengaruhi ketahanan fiskal dalam anggaran subsidi dan kompensasi BBM tatkala harga minyak melebihi asumsi APBN tersebut.

"Jadi dengan asumsi minyak mentah US$ 90 per barel tahun depan dan risiko harga minyak mentah dunia ada di US$ 100 per barel tahun depan, itu tentu akan mempengaruhi ketahanan fiskal kita dalam konteks anggaran subsidi dan kompensasi BBM," ungkapnya, dikutip Selasa (11/10/2022).

Sejatinya, selain harga minyak mentah dunia yang tinggi, yang bisa mempengaruhi kondisi fiskal negara menghadapi harga BBM di dalam negeri adalah melemahnya Rupiah atas Dolar AS. Di mana, sampai berita ini diturunkan Rupiah untuk Dolar AS tembus Rp 15.300-an.


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Produksi BBM di Kilang Pertamina Naik, Tembus 161 Juta Barel

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular