Skenario Resesi Global 2023: Dari AS, China Sampai ke RI

Maesaroh, CNBC Indonesia
Selasa, 11/10/2022 11:30 WIB
Foto: Pekerja mengangkut kelapa sawit kedalam jip di Perkebunan sawit di kawasan Candali Bogor, Jawa Barat, Senin (13/9/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ancaman resesi semakin mendekati Indonesia. Semua pihak pun diminta waspada karena dampak resesi tidak hanya berimbas kepada ekspor tetapi sendi-sendi kehidupan masyarakat biasa.

Tidak hanya di Amerika Serikat (AS), dampak resesi juga akan dirasakan warga Indonesia, termasuk mereka yang menggantungkan hidupnya pada komoditas seperti di Kalimantan hingga Sumatera.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat memberikan pengarahan dalam acara Profesi Keuangan Expo 2022 mengingatkan seluruh pihak dan pemangku kepentingan diminta untuk mempersiapkan diri dan tidak boleh gentar menghadapi dunia yang makin tak jelas.


"Perkembangan dunia yg sangat bergejolak tentu perlu diwaspadai, namun tidak berarti kita gentar, kita tetap optimis namun waspada," kata Sri Mulyani.

Peringatan Sri Mulyani memang beralasan. Sejumlah dampak besar akan dihadapi Indonesia begitu resesi sudah melanda dunia.  Bank Mandiri dalam laporannya Sectoral Searching for Opportunities to Grow menggambarkan bagaimana resesi terjadi serta dampaknya ke Indonesia. Dalam hitungan Bank Mandiri, dampak resesi kemungkinan akan panjang yakni hingga 2024.

Resesi global ditandai dengan melemahnya pertumbuhan ekonomi dunia, melandainya permintaan dari negara maju, melemahnya harga komoditas, dan terjadinya arus pembalikan modal (capital reserval).

Perlambatan pertumbuhan ekonomi global serta permintaan dari negara maju sudah terasa sejak kuartal II-2022. Secara teknikal, Amerika Serikat (AS) bahkan sudah memasuki resesi pada April-Juni tahun ini.

China sebagai negara dengan perekonomian terbesar kedua setelah AS pun tak berkutik. Ekonomi Negara Tirai Bambu tumbuh 0,4% pada kuartal II-2022 (year on year/yoy), jauh lebih rendah dibandingkan 4,8% pada kuartal I-2022.

Foto: Bank Mandiri
Resesi global 2023

 

Uni Eropa ekonominya tumbuh 4,1% pada kuartal II-2022, terendah dibandingkan tiga kuartal sebelumnya. Sementara itu, ekonomi Inggris tumbuh 4,4% pada April-Juni tahun ini, terendah sejak kuartal I-2021.

Lonjakan inflasi akibat melambungnya harga energi dan pangan membuat ekonomi di negara-negara maju kendur karena permintaan masyarakat melemah.

Sejumlah lembaga/institusi juga sudah beberapa kali merevisi pertumbuhan ekonomi global untuk tahun ini. Dana Moneter Internasional (IMF) telah merevisi pertumbuhan ekonomi global untuk 2022 dari 4,4% pada proyeksi di Januari, menjadi 3,6% di April dan terakhir direvisi menjadi 3,2% di Juli.


(mae/mae)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Inflasi Inggris Betah di Level Tinggi Pada Mei 2025

Pages