Di Balik IK-CEPA, Ternyata Ada Mimpi Besar RI

haa, CNBC Indonesia
10 October 2022 21:13
Presiden Joko Widodo meluncurkan mobil listrik pertama yang dirakit di Indonesia dalam kunjungan kerjanya ke pabrik PT Hyundai Motor Manufacturing Indonesia di Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat, pada Rabu, 16 Maret 2022. (Biro Pers Sekretariat Presiden)
Foto: Presiden Joko Widodo meluncurkan mobil listrik pertama yang dirakit di Indonesia dalam kunjungan kerjanya ke pabrik PT Hyundai Motor Manufacturing Indonesia di Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat, pada Rabu, 16 Maret 2022. (Biro Pers Sekretariat Presiden)

Jakarta, CNBC Indonesia - Tahun depan akan menjadi tahun penting bagi hubungan diplomatik Indonesia dan Korea Selatan. Pasalnya, pada September 2023, hubungan kedua negara akan genap berusia 50 tahun.

Artinya, ratifikasi Indonesia-Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement (IK-CEPA) pada 27 September 2022 menjadi kado istimewa. Dengan ratifikasi ini, maka perjanjian IK-CEPA ditargetkan mulai diimplementasikan pada Januari 2023.

Direktur Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag Ni Made Ayu Marthini menjelaskan, IK-CEPA menawarkan kesempatan yang lebih luas dibandingkan Asean-Korea FTA (AKFTA).

Namun dalam perjanjian AKFTA, pemerintah tidak bisa ambisius atau fokus karena perjanjian diputuskan berdasarkan konsensus negara anggota Asean.

"Contohnya, Indonesia ingin membuka hub, tetapi negara Asean lainnya tidak bisa, jadi ini sedikit sulit," ungkap Made, dalam workshop kedua Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea yang digelar Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) dan Korea Foundation, dikutip Selasa (11/10/2022).

Oleh karena itu, kedua negara memutuskan untuk membuat perjanjian bilateral yang lebih ambisius dan luas.

Dalam perjanjian bilateral ini, baik Indonesia dan Korea Selatan, menginginkan aturan tarif yang lebih adil, bukan sekedar bebas tarif atau zero tariff.

Selain itu, Indonesia ingin menyamakan posisi dengan dua negara di Asean yang sudah memiliki free trade agreement (FTA) dengan Korea, yakni Singapura dan Vietnam.

Kenyataannya, Indonesia memang tertinggal dalam hal perdagangan dengan Negeri Gingseng dibandingkan Singapura, Vietnam dan Malaysia.

Sementara itu, Made mengungkapkan jika Korea Selatan ingin mengembangkan pengaruh dan investasinya di Asean, Indonesia adalah partner penting.

"Indonesia adalah pasar penting bagi Korea. Indonesia ekonomi terbesar ke-16 dan dalam populasi, kita merupakan yang terbesar keempat di dunia," tegas Made.

Faktor ini, menurut Made, menjadi dasar mengapa Korea melihat Indonesia sebagai partner strategis di Asean.

Dilihat dari tarif, Made mengungkapkan Korea membebaskan 95,54% pos tarif bagi produk Indonesia. Sementara itu, Indonesia membebaskan 92,06% pos tarif produk Korea.

"Dalam hal tarif, ini lebih baik dibandingkan AKFTA," tegas Made.

Namun tidak hanya soal tarif, karena IK-CEPA juga mencakup hal lain a.l. investasi, masalah legal dan institusional, kerja sama ekonomi, bea cukai serta prosedur dan fasilitas perdagangan.

Adapun, Made mengungkapkan hal yang paling penting bagi Indonesia adalah kerja sama ekonomi.

"Korea memiliki PDB yang lebih besar dari Indonesia. Dengan perjanjian ini, bagaimana Indonesia bisa mengejar Korea," ungkapnya.

Dengan IK-CEPA yang akan diterapkan pada 2023, Indonesia ingin Korea Selatan menjadi hub baru bagi produk ekspor Indonesia, terutama untuk produk elektronik dan otomotif.

"Kenapa saya bilang begini, karena Korea memiliki industri otomotif yang sudah dikenal tetapi pasarnya terbatas. Korea membutuhkan pasar yang lebih luas," ujarnya.

Made berharap Korea akan berinvestasi di Indonesia, dengan membangun pabrik dan lain sebagainya, yang barangnya akan dikirim ke pasar dunia melalui Korea.

"Production base-nya di Indonesia. Artinya, Korea butuh Indonesia. Indonesia butuh Korea dalam hal investasi, tenaga kerja, dan nilai tambah ekonomi dan ekspor," sambung Made.

Made pun menegaskan Indonesia ingin menjadi pemain baru untuk produk otomotif dan elektronik dunia.

Bibit harapan kerja sama di sektor otomotif ini mulai tampak di Tanah Air.

Tepatnya pada 8 Juni 2022, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) telah meresmikan investasi konsorsium LG Energy Solution membangun pabrik baterai kendaraan listrik di Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang, Jawa Tengah.

Nilai investasi yang digelontorkan perusahaan asal Korea tersebut mencapai US$ 9,8 miliar atau Rp 142 triliun.

Investasi LG di Indonesia merupakan investasi pertama di dunia yang sudah terintegrasi, di mulai dari penambangan nikel, pembangunan smelter, prekusor pabrik katoda hingga pabrik pembuatan baterai listrik sampai mobil listrik.

Sebelumnya, PT Hyundai Motors Indonesia (HMID) berkomitmen untuk memproduksi mobil listrik dengan harga yang terjangkau di pabriknya di Cikarang, Jawa Barat.

Sebagai tahap awal, perusahaan akan memproduksi sebanyak 1.000 unit mobil listrik per tahun. Melihat perkembangan ini, posisi Indonesia untuk masuk ke dalam rantai pasok otomotif dan elektronik dunia semakin kuat. Jelang implementasi di 2023, semoga IK-CEPA tidak menjadi perjanjian kerja sama komprehensif tanpa hasil.


(haa/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Detik-Detik Insiden Halloween di Itaewon, 149 Orang Tewas

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular