Pemerintah Sadar Produksi Minyak RI Turun, Trus Piye?
Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyadari bahwa produksi siap jual (lifting) minyak nasional terus mengalami penurunan secara alamiah. Hal ini justru berbanding terbalik kondisinya dengan produksi gas yang cukup melimpah.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM Tutuka Ariadji mengatakan, dalam mengatasi persoalan lifting minyak yang terus anjlok, pihaknya saat ini tengah mengupayakan agar lifting dapat bertahan stabil. Dengan demikian, setidaknya bisa menahan laju penurunan produksi yang terus terjadi.
"Kita sadari produksi minyak menurun dan kita mencoba untuk tidak menurunkan drastis tapi diupayakan flat dulu saat ini sekitar 610 ribu barel per hari (bph). Tapi kami apresiasi KKKS (Kontraktor Kontrak Kerja Sama) yang terus menahan laju penurunan produksi karena berbagai macam permasalahan," tuturnya dalam acara Energy Corner CNBC Indonesia, Senin (10/10/2022).
Lebih lanjut, Tutuka mengatakan kondisi lapangan minyak di Indonesia sendiri saat ini telah berumur cukup tua, sehingga penurunan produksi sudah pasti tidak bisa dihindari lagi.
"Misalnya lapangan tua itu 40-50 tahun, sisa di bawah sudah tidak banyak, jadi sangat sulit untuk diambil, tapi untuk gas kita beruntung," kata dia.
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) sebelumnya mencatat realisasi produksi minyak siap jual atau lifting minyak kuartal III masih belum mencapai target. Beberapa faktor di antaranya karena disebabkan kejadian penghentian produksi yang tidak direncanakan (unplanned shutdown), serta adanya kebocoran pipa karena fasilitas hulu migas yang sudah menua.
Tenaga Ahli Kepala SKK Migas Ngatijan menyampaikan terdapat tantangan terberat terkait dengan upaya meningkatkan lifting minyak dan gas, serta upaya mencapai target investasi hulu migas di tahun 2022.
Berdasarkan data SKK Migas, realisasi lifting minyak hingga 30 September baru mencapai 610,1 ribu barel per hari (bph) atau baru mencapai 86,8% dari target 703 ribu bph. Sedangkan untuk gas mencapai 5.353 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) atau 92,3% dari target 5.800 MMSCFD.
"Jadi dari awal tahun kita tahu bahwa kemampuan kita pada saat itu untuk mencapai 703 ribu barel itu sangat susah," ujarnya dalam focus group discussion media gathering SKK Migas dan KKKS, Senin (3/10/2022).
Meski begitu, SKK Migas sendiri terus berupaya untuk meningkatkan agresivitas dan jumlah kegiatan utama di sektor hulu migas. Adapun hingga September 2022 pengeboran sumur telah mencapai 543 sumur atau 61% dari target yang mencapai 890 sumur pengembangan atau sudah mencapai 113% dibandingkan capaian tahun 2021 yang sebesar 480 sumur pengeboran pengembangan.
Kegiatan workover sudah mencapai 85% dari target dan well service sudah mencapai 76% dari target.
"Dampak dari masifnya pengeboran sumur pengembangan, kegiatan workover dan well service akan meningkatkan produksi migas hingga akhir tahun 2022. Kabar baiknya tentu adalah akan mendukung produksi migas pada level yang lebih optimal di awal tahun 2023," kata Ngatijan.
(wia)