Jokowi-Luhut Takut 'Badai', Ternyata Pengusaha Bilang Begini
Jakarta, CNBC Indonesia - Berulang kali Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan menterinya memperingatkan ancaman krisis global yang akan membawa 'badai besar' di tahun depan. Lalu bagaimana sebenarnya kondisi ekonomi Indonesia?
Anggota Komite Industri Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Achmad Widjaja mengatakan, ekonomi Indonesia saat ini justru sedang baik-baik saja. Terbukti, kata dia, kinerja sektor primer hingga jasa di Indonesia masih bertumbuh dan positif.
"Kita baik-baik saja, nggak ada resesi terselubung. Nggak perlu asumsi akademis, gampangnya lihat saja di lampu merah, masih banyak 'laron', banyak ojek berkerubun, motor-motor, di belakangnya mobil," kata Achmad Widjaja kepada CNBC Indonesia, Rabu (5/10/2022).
"Bandingkan kondisinya saat PSBB (pembatasan sosial berskala besar) di awal pandemi Covid-19," tambahnya.
Karena itu, imbuh dia, pemerintahan Jokowi harus menjaga keseimbangan sampai pergantian pemerintahan berlangsung mulus.
"Jangan bikin kebijakan yang mendadak yang justru mengganggu keseimbangan ekonomi. Contohnya seperti awal tahun tiba-tiba tutup batu bara, mendadak," katanya.
Achmad Widjaja menjelaskan, perekonomian Indonesia ditopang 3 sektor utama. Yaitu, industri premier, industri sekunder, dan industri jasa.
"Di premier, ekspor tambang, mulai batu bara sampai nikel, timah, bauksit, masih bagus. Ekspor CPO (crude palm oil/ minyak sawit mentah) juga masih naik. Tidak ada resesi terselubung di ekonomi Indonesia karena penopangnya cukup kuat," ujarnya.
Apalagi, imbuh dia, jika pemerintah konsisten mendongkrak hilirisasi industri di dalam negeri sektor primer.
"Memang sudah berjalan di rel kereta, jalannya lurus. Asal nggak bikin kebijakan-kebijakan aneh, jangan bikin kebijakan yang merusak iklim investasi seperti tiba-tiba stop dan bekukan izin batu bara," katanya.
Di sektor sekunder, lanjut dia, aktivitas ekonomi juga masih berjalan positif.
"Industri penghasil terigu jadi Indomie, plastik jadi (botol) Aqua, masih berjalan. Tapi, jangan bikin kebijakan aneh, seperti harga energi. PLN mendadak naik, BBM mendadak naik, tapi soal gas sejak tahun 2016 nggak stabil pasokan padahal sudah janji," tukasnya.
"Hal-hal ini perlu jadi perhatian pemerintah supaya industri sekunder ini nggak anjlok. Supaya berjalan baik, roda ekonomi berjalan, pengangguran ditekan. Karena masih ada konsumsi," kata Achmad Widjaja.
Sementara industri ketiga, ujarnya, meski ada Pandemi Covid-19, permintaan jasa pengiriman atau kurir logistik bertumbuh tinggi. Memicu penjualan motor.
"Untuk itu, pemerintah harus dukung dengan menata supaya mereka punya tempat parkir motor yang teratur, koordinasi dengan pemilik gedung, sehingga bisa mendukung perekonomian," katanya.
"Apalagi menjelang tahun 2023-2024, yang perlu dilakukan adalah menjaga supaya hal-hal tadi tetap seimbang dan stabil. Jangan bikin kebijakan yang ad hoc-ad hoc. Karena, kondisi perusahaan di Indonesia baik-baik saja sekarang," pungkas Achmad Widjada.
(dce/dce)