Harga Minyak Diramal US$ 100 (Lagi), Pertalite Susah Turun?
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia diramal bakal tetap tinggi di level US$ 100 per barel seiring kabar pemangkasan produksi oleh negara-negara pengekspor minyak yang tergabung dalam OPEC+.
Pemangkasan produksi minyak kali ini dikabarkan bisa mencapai lebih dari 1 juta barel per hari (bph). Jika benar-benar terjadi, ini akan menjadi pemotongan produksi terbesar sejak pandemi Covid-19. Hal tersebut diketahui dari beberapa sumber OPEC+ kepada Reuters.
Pada Rabu (05/10/2022) ini sejumlah negara yang tergabung dalam OPEC+ akan mengadakan pertemuan di Vienna, Austria, untuk memutuskan kebijakan produksi minyak selanjutnya.
Stephen Brennock, seorang analis senior di PVM Oil Associates di London, mengatakan bahwa tampaknya ada beberapa potensi kenaikan harga minyak setelah kerugian besar pada September.
"Peningkatan lebih lanjut dalam aktivitas perdagangan, ditambah dengan pengetatan fundamental minyak jangka pendek bisa mendorong harga minyak kembali ke US$ 100 per barel," kata Brennock dalam sebuah catatan penelitian, dikutip dari CNBC Internasional, Selasa (04/10/2022).
Hal senada juga diungkapkan analis Goldman Sachs. Analis Goldman Sachs juga memperkirakan harga minyak jenis Brent bisa mencapai US$ 100 per barel selama tiga bulan ke depan dan US$ 108 per barel pada 2023.
Goldman Sachs tetap berpandangan bullish pada pasar minyak dunia dan melihat "eksodus investor" baru-baru ini yang menilai dalam resesi besar untuk minyak mentah menjadi berlebihan.
"Kami percaya bahwa penurunan harga minyak telah melampaui risiko penurunan permintaan minyak global," dalam catatan Goldman Sachs.
Mereka meyakini bahwa harga minyak akan reli didorong dari sisi penawaran, dengan investasi, kapasitas produksi cadangan, dan persediaan semuanya rendah.
Sementara itu, cadangan minyak strategis Amerika Serikat akan berhenti musim gugur ini. Kemudian, embargo Uni Eropa terhadap impor minyak laut Rusia akan dimulai pada Desember, memperketat pasokan minyak mentah dunia.
"Meskipun kami mengakui bahwa jalur jangka pendek menuju harga (target) kemungkinan akan tetap fluktuatif, dengan US$ di sisi penggerak (berlawanan), kami menemukan keyakinan kami dalam pandangan bullish jangka panjang hanya diperkuat oleh kekecewaan pasokan global yang sedang berlangsung," kata catatan itu.
Hal ini membuat harga minyak mentah dunia sempat turun ke bawah level US$ 90 per barel. Pada perdagangan Selasa (4/10/2022) harga minyak mentah Brent tercatat US$ 91,8 per barel, naik 3,81% dibandingkan posisi kemarin. Sementara jenis light sweet atau West Texas Intermediate melonjak 3,46% menjadi US$ 86,52 per barel.
Lantas, apa artinya ini bagi harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam negeri? Meski harga BBM non subsidi telah turun pada 1 Oktober 2022 lalu, pemerintah masih bergeming dan tetap tidak menurunkan harga bensin Pertalite (RON 90) dan Solar subsidi.
Apakah dengan ramalan harga minyak akan kembali ke US$ 100 per barel, artinya harga Pertalite ini tidak akan diturunkan?
Berdasarkan data Kementerian Keuangan RI, dengan asumsi harga minyak mentah Indonesia (ICP) sebesar US$ 105 per barel dan kurs Rp 14.700, maka harga keekonomian Pertalite mencapai Rp 14.450 per liter. Perlu diketahui, kurs pada Rabu pagi (05/10/2022) juga telah melemah menjadi Rp 15.200.
Pengamat Ekonomi dan Energi dari Universitas Gajah Mada (UGM) Fahmy Radhi mengatakan bahwa harga Pertalite bisa turun bila harga minyak dunia stabil di level US$ 80 per barel.
Menurutnya, subsidi energi yang membengkak sampai Rp 502 triliun dan bahkan diperkirakan bisa mencapai Rp 653 triliun karena sejak beberapa bulan lalu harga minyak mentah dunia naik gila-gilaan atau berada di atas US$ 100 per barel.
"Turunnya harga minyak mentah dunia di level US$ 80 per barel mestinya menurunkan subsidi," ungkap Fahmy kepada CNBC Indonesia, dikutip (3/10/2022).
Fahmy menilai harga BBM Pertalite bisa turun Rp 2.500 per liter atau menjadi Rp 7.500 per liter dari yang saat ini Rp 10.000 per liter jika harga minyak bisa stabil di level US$ 80 per barel.
"Penurunan Pertalite sekitar Rp. 2.500 dan Pertamax sekitar Rp 2.300 per liter," tegasnya.
(ras/ras)