Hadoh! BBM Effect Ngeri, Pedagang di Pasar Menangis
Jakarta, CNBC Indonesia - Satu bulan setelah bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi naik, dampaknya terhadap sektor riil di masyarakat mulai terasa dahsyat. Pedagang pasar tradisional mengungkapkan bahwa kenaikan harga BBM membuat permintaan barang jauh menurun.
"Biasanya bisa jual 40 Kg/hari. Kalau sekarang nggak banyak, yang belinya rada kurang sekarang mah. Rada turun sekarang paling 15 Kg, kalau habis tambah lagi," kata Titi, pedagang daging ayam di Pasar Gunung Batu, Kota Bogor, Selasa (4/10/22).
Pedagang lain pun tidak berani untuk mengambil banyak stok karena terancam tidak habis, terutama untuk bapok yang cepat berubah bentuk seperti tahu dan tempe. Pedagang pun menyebut yang terjadi saat ini sudah tergolong parah.
"Lebih parah sekarang, makin menurun, pembeli menurun misalnya dari biasa belo 1 Kg, sekarang setengahnya. Jadi saya juga paling dikurang-kurangin, nggak ambil banyak lagi, karena kalau udah beberapa hari malah nggak enak udah bau," sebut Ramdani, pedagang tahu dan tempe di tempat yang sama.
Akibatnya, omset pedagang pun anjlok. Jika biasanya Ia bisa mendapat omset Rp 1.500.000/hari, pendapatannya kini menurun jauh yakni belum tentu mendapat Rp. 1.000.000/hari.
"Biaya sewa menutup Insya Allah, dulu bapak jualan, saya dari SD juga disini, 20 tahun mah ada dagang dari orang tua. Tapi sekarang terasa juga dampaknya," kata Ramdani.
Senada, Rizky Bayu, pedagang Krupuk dan bumbu di pasar yang sama juga mengalami penurunan omset. Ia pun harus berputar otak demi bisa tetap bertahan di tengah menurunnya permintaan.
"Menutup sih menutup tapi keuntungan kita kurang, Kalau buat kebersihan, sewa toko menutup, tapi kebutuhan kita jadi dipangkas juga kan. Sehari dulu mah dapat Rp 1.000.000-an lebih, sekarang mah kurang," sebut Rizky.
Bukan hanya kebutuhan pendukung, pedagang di balik utama seperti beras juga merasakan dampak nyata dari kenaikan harga BBM. Jika sebelumnya kenaikan harga berkisar di angka 50-100/Kg, kali ini berkali-kali lipat yakni tembus Rp 700/Kg.
"Saya juga berat, setiap harga naik ini. Harga naik juga konsumen mengaruh, biasanya awal bulan dari tanggal 27 yang gajian swasta, sekarang jauh, nyari Rp 3.000.000 juga berat. Padahal di waktu normal tembus Rp 15.000.000/hari. Jadi parah banget sih," sebut pedagang beras, Alan.
(hoi/hoi)