
Sampai Juli, Pendapatan Pertamina Tembus US$ 45 Miliar

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian BUMN melalui Wakil Menteri BUMN, Pahala Mansury mencatat, sampai pada Juli 2022 PT Pertamina (Persero) mencatatkan pendapatan senilai US$ 45 miliar atau setara Rp 687,8 triliun (kurs Rp 15.286/dolar AS).
Wamen Pahala menyatakan, realisasi capaian pendapatan Pertamina yang mencapai US$ 45 miliar sampai Juli 2022 itu melebihi target perusahaan yang mana secara tahunan mengalami peningkatan di atas 45%.
"Sehingga dari sisi pendapatan bisa mencapai di atas US$ 45 miliar sampai posisi Juli lalu," ungkap Pahala kepada CNBC Indonesia dalam Energy Corner, Senin (3/10/2022).
Pahala menyebutkan, bahwa capaian pendapatan Pertamina tersebut disebabkan oleh adanya permintaan dari industri manufaktur yang sangat signifikan. Menurut Pahala, hal ini sekaligus sebagai cerminan kebangkitan industri manufaktur yang kembali mulai menggeliat.
"Kami melihat ini merupakan bagian dari kebangkitan dan sektor industri manufaktur di Indonesia yang menyebabkan demand di kedua BUMN tersebut di bidang energi yang mengalami peningkatan yang cukup signifikan," tuturnya.
Di sisi lain, di tengah ambruknya rupiah untuk dolar Amerika Serikat (AS) saat ini dinilai tidak mengganggu kinerja Pertamina, Pahal menyebutkan, kinerja Pertamina sangat baik meskipun Pertamina memiliki kewajiban dalam bentuk dolar AS atau valas.
Namun perusahaan dinilai sangat disiplin dalam menerapkan lindung nilai atau hedging. "Sehingga sampai saat ini kami belum melihat adanya pelemahan rupiah mempengaruhi kedua (Pertamina dan PLN) kinerja BUMN tersebut," imbuhnya.
Meskipun demikian, Kementerian BUMN tetap meminta agar Pertamina tetap menerapkan rasio hedging di atas 25% dibandingkan net kewajiban perseroan.
Pahala menambahkan, Kementerian BUMN juga meminta dari sisi pinjaman jangka panjang, Pertamina harus berhati-hati dalam saat ini sedang menghadapi tren tingkat bunga yang terus meningkat. Hal tersebut diperkirakan akan terjadi selama dua tahun ke depan.
"Jadi atau kita sarankan melakukan pinjaman dalam bentuk obligasi untuk melihat kemungkinan pada pinjaman bank karena pinjaman bank biasanya di bawah 5 tahun," ucapnya.
Seperti diketahui, Pertamina Group juga berhasil meningkatkan pendapatan dengan melakukan ekspor produk-produk bernilai tambah tinggi, seperti HVO (D100 berbasis kelapa sawit) dan Low Sulfur Fuel Oil.
Demand dunia terhadap produk-produk low carbon terus meningkat. Dengan upgrading Kilang yang telah dilakukan, saat ini Pertamina mampu menghasilkan produk-produk tersebut, sehingga berhasil menangkap peluang yang sangat prospektif ini.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pendapatan Pertamina-PLN Melejit, Ini Kata Wamen BUMN..