Bos BSI Beberkan Tantangan Perbankan Syariah di Indonesia
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) atawa BSI menjadi bank syariah nomor wahid di Indonesia, namun menurut Direktur Utama BSI Heri Gunardi banyak hal yang membuat perbankan syariah di Indonesia sulit berkembang. Heri juga menjelaskan tidak heran kalau sebelum ada BSI, ranking perbankan syariah milik Indonesia berada pada kisaran ranking 20 hingga 40 dunia.
"Syariah di Indonesia sudah ada sejak 1991 namun pasang surutnya luar biasa, apalagi hingga saat ini literasi dan inklusinya masih rendah. Mau tidak mau ini jadi pekerjaan rumah bagi kami," ungkap Heri dalam rapat kerja bersama Komisi XI DPR-RI, Rabu (28/9/2022).
Heri menjelaskan selama ini bank syariah di Indonesia dikenal hanya bank kecil dengan pelayanan yang lambat dan tidak bersaing. Bukan hanya itu, secara SDM pun selalu jadi kelas dua dari bank konvensional.
"Itu semua fakta namun kami harus bertumbuh dan bertransformasi. Namun kalau mau dibandingkan dengan Malaysia misal, saat mereka mau membesarkan bank syariah pemerintahnya memberikan insentif dengan tidak membebani pajak pada tabungan syariah," ungkap Heri.
Namun ke depan, Heri optimis bisa bertumbuh, apalagi saat ini banyak daerah yang ingin mengkonversi perbankan konversional menjadi syariah seperti yang dilakukan di Nangroe Aceh Darussalam. Saat ini menurut Heri ada daerah Riau, Bank Nagari, dan daerah Nusa Tenggara Barat (NTB) yang akan menggunakan syariah secara keseluruhan.
Penggabungan BTN Syariah
Adapun mengenai rencana penggabungan BTN Syariah ke BSI, secara rinci Heri menjelaskan kalau BSI hanyalah objek sehingga menurutnya lebih baik menunggu keputusan.
"Kami ya menunggu saja pemegang saham maunya apa, mau digabung monggo, tidak juga tidak apa-apa tapi kami tidak bisa menolak," pungkas Heri.
Sebelumnya, Senior Vice President Corporate Secretary & Communication Group Bank Syariah Indonesia Gunawan Arief Hartoyo mengatakan bahwa hingga saat ini proses penggabungan ini sedang berjalan dan berharap berlangsung dengan lancar.
"Hal ini karena kami punya visi cita-cita untuk memaksimalkan dan optimalkan perbankan syariah nasional," ujar Gunawan dalam press conference rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) BSI, Kamis (23/9/2022).
Dia mengatakan, penggabungan ini diharapkan bisa memperkuat ekosistem layanan perbankan syariah di Tanah Air.
Selain itu, penggabungan tersebut juga menjadi wujud amanat UU Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah serta Peraturan OJK nomor 59 Tahun 2020 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemisahan UUS.
Gunawan juga menambahkan, secara potensi, Indonesia saat ini memiliki penduduk mayoritas islam hingga 229 juta atau 87,2% total populasi. Menurutnya, hal ini menjadi peluang bagi BRIS untuk bisa menjadi lebih optimal memperkuat ekosistem layanan perbankan syariah.
Dia mengatakan, penggabungan ini diharapkan bisa memperkuat ekosistem layanan perbankan syariah di Tanah Air.
Selain itu, penggabungan tersebut juga menjadi wujud amanat UU Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah serta Peraturan OJK nomor 59 Tahun 2020 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemisahan UUS.
Gunawan juga menambahkan, secara potensi, Indonesia saat ini memiliki penduduk mayoritas islam hingga 229 juta atau 87,2% total populasi. Menurutnya, hal ini menjadi peluang bagi BRIS untuk bisa menjadi lebih optimal memperkuat ekosistem layanan perbankan syariah.
(hoi/hoi)