
Bayi-Bayi Singapura Bermunculan, Bye-bye Resesi Seks?

Jakarta, CNBC Indonesia - Total populasi Singapura tumbuh sebesar 3,4% selama tahun lalu dan telah mencapai 5,64 juta pada Juni 2022. Hal ini diungkapkan pemerintah melalui laporan tahunan Population in Brief pada Selasa (27/9/2022).
Meski angkanya di bawah 5,7 juta pada 2019 atau sebelum pandemi Covid-19, tetapi pertumbuhan itu membalikkan penurunan populasi yang terjadi selama dua tahun berturut-turut.
Melansir Straits Times, kenaikan angka populasi di Singapura berkat pelonggaran langkah-langkah keamanan pandemi, pembatasan perjalanan memudahkan warga negara dan penduduk tetap (PR) untuk kembali dari luar negeri, serta memfasilitasi perekrutan pemegang izin kerja.
Pembatasan kesehatan pandemi yang lebih sedikit juga berdampak pada pernikahan warga negara, yang meningkat 20,6% menjadi 23.433 pada 2021, dari 19.430 pada tahun 2020.
Laporan Divisi Kependudukan dan Bakat Nasional mencatat lebih banyak orang menikah pada tahun 2021 daripada pada tahun 2019, di mana hanya 22.165 pernikahan tercatat.
Sementara ada 31.713 kelahiran warga pada tahun 2021, sedikit menurun dari 31.816 pada tahun 2020. Tingkat kesuburan total penduduk sedikit pulih menjadi 1,12 kelahiran per wanita pada tahun 2021 dari terendah bersejarah 1,1 pada tahun 2020. Sementara pada 2019, angkanya mencapai 1,14.
Meski pelonggaran pembatasan telah membantu meningkatkan populasi dan pernikahan, masalah jangka panjang seperti tingkat kesuburan total yang rendah dan populasi yang menua tetap ada.
Tingkat kesuburan total telah menurun selama beberapa dekade terakhir, menurut catatan laporan tersebut. Ini sebagian besar disebabkan oleh meningkatnya proporsi orang yang lajang, serta pasangan yang menikah tetapi hanya memiliki lebih sedikit anak.
Dari 2017 hingga 2021, kelahiran warga negara rata-rata 32.200 per tahun, menandai penurunan dari rata-rata 2012 hingga 2016 sebesar 32.900.
Ini karena lebih sedikit kelahiran pada tahun 2020 dan 2021, sebagian sebagai akibat dari penundaan pernikahan dan rencana melahirkan anak yang timbul dari ketidakpastian Covid-19, kata laporan itu.
Namun Asisten Profesor Tan Poh Lin dari Sekolah Kebijakan Publik Lee Kuan Yew mengatakan tingkat kesuburan tidak menurun drastis selama pandemi, sehingga ini menjadi kabar yang melegakan.
"Tetapi 1,12 masih termasuk yang terendah di dunia, dengan implikasi serius bagi keberlanjutan pensiun, isolasi sosial dan kohesi nasional karena Singapura perlu menambah populasi dengan imigran," katanya.
Populasi warga negara Singapura juga terus menua pada tahun 2022, dengan 18,4% berusia 65 tahun ke atas, dibandingkan dengan 17,6% pada 2021 dan 11,1% pada 2012.
Pada tahun 2030, sekitar satu dari empat warga -atau 23,8%- akan berusia 65 tahun ke atas. Proporsi populasi penduduk dalam kelompok usia ini tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan dekade terakhir, kata laporan itu.
Populasi penduduk yang terdiri dari orang Singapura dan PR- meningkat pada tahun 2022, karena lebih banyak orang yang sebelumnya tetap di luar negeri terus menerus selama 12 bulan atau lebih kembali ke Singapura.
Jumlah penduduk meningkat 1,6%, dari 3,5 juta pada Juni 2021 menjadi 3,55 juta pada Juni. Untuk PR, peningkatannya adalah 6,3% dibandingkan periode yang sama, dari 490.000 menjadi 520.000.
Populasi non-residen mencapai 1,56 juta pada Juni, meningkat 6,6% dari 2021. Ada 1,68 juta non-residen pada 2019.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Singapura Tarik Kecap-Saus ABC Buatan RI, Begini Faktanya